Jumat, 07 November 2014

Ajari Aku [2]

Halooo~~
akhirnya aku mampir kesini, udah sebulanan lebih wkwk ya habis gimana lagi, sesudah UTS seluruh praktikum menyerang uhh *curhat* dan cerita ini semakin untouchable maapin yaak :( tapi se-selonya aku akan melanjutkan cerita ini karena I have to finish what I had started xD










DUA: INVESTIGASI DIMULAI!
                Rio. Hanya tiga huruf yang Ify punya sebagai petunjuk. Petunjuk lain ia preman di pengkolan yang tiap hari kerjaannya memalak anak SMA. Petunjuk lain lagi, punya dua anak buah bernama Bastian dan Debo. Lainnya? Ify tidak tahu. Darimana asalnya? Latar belakangnya apa? Tunggu, kenapa jadi seperti wawancara kerja begini.
                “Ify? Ngelamun aja deh. Mikirin Ray pasti, hehe.” Goda Acha, teman semeja Ify. Ify mengerjap lalu mencubit lengan Acha pelan.
                “Sok tau banget sih.” Dengusnya kesal. Acha tertawa puas di sebelah Ify. Sementara Ify masih merengut dan melamun lagi, memikirkan ... Rio.
“Kalau bukan Ray siapa dong?” tanya Acha jahil. Ify merengut lagi lalu beralih dari tempat duduknya. Acha bisanya Cuma ganggu doang sih, err. Acha terkekeh saat Ify beranjak begitu saja. Dasar, Ify tukang ngambek.
Ify beralih menuju taman di depan kelasnya yang kebetulan sepi. Iya, ini masih jam KBM tapi kelas Ify sedang kosong jadi deh Ify menepi disini.
Rio
Nama itu melintas di pikiran Ify kemudian disusul wajah galaknya. Lalu wajah teduh Rio saat bernyanyi. Ify mengerjap, menghilangkan bayang Rio yang memutari otaknya.
“Aneh!” ujar gadis itu.
“Apa yang aneh, Fy?” sahut cowok berambut gondrong yang tiba-tiba saja sudah ada di depan Ify.
“eh, Ray?” Ify kaget dan kikuk mendapati cowok itu di depannya.
“Apanya yang aneh, Fy?” Ray mengulangi pertanyaannya. Ify mengusap pelan pelipisnya, pura-pura berpikir lalu menggeleng.
“Cerita aja kali, Fy. Soal cowok pun gue dengerin, hehe.” Ujar Ray santai sambil memposisikan dirinya di sebelah Ify. Ify tertegun mendengarnya. Seluruh kelas bahkan sepertinya kelas sebelah juga tahu kalau Ray ada perasaan untuk Ify. Tapi Ify tidak pernah menganggapnya serius hingga kadang-kadang ada yang berbisik di belakang kalau Ify sok jual mahal.
“Duh, Ray. Belum capek telinga lo dengerin orang-orang yang nge-judge kita seenak jidat mereka?” Ify mengungkapkan keresahannya pada Ray akhirnya. Ray tersenyum tipis, bahkan terkesan terpaksa.
“Gue yang ngerasain ini semua, Fy. Terserah mereka semua bilang apa dan terserah lo juga ada feeling apa nggak sama gue. Yang penting kalau lo udah ngerasa buntu tentang masalah lo, nggak usah ragu cerita ke gue, gue pasti bantu.” Ujar Ray dengan gamblang dan entah kenapa senyum terpaksanya hilang begitu cowok itu menuntaskan jawaban pertanyaan Ify. Ify menunduk, ini yang selalu membuatnya terkadang tidak bisa tidur, Ray selalu (terlalu) baik padanya, huh!
*
Mengendap-endap dari gerbang belakang, memandang ke dalam ruangan dengan nostalgia yang terulang terus seperti lagu yang terus-terusan di repeat, dan akhirnya menendang apapun yang ada di depannya penuh amarah. Itu sepertinya agenda Rio setiap menyelundup masuk ke gedung sekolah. Ia rindu tempat itu tapi juga di saat yang sama membenci tempat itu.
Seperti sore ini, rio berada di salah satu gedung sekolah yang sudah sepi, tinggal beberapa staff kebersihan yang sibuk membersihkan koridor-koridor yang ada di gedung itu. Rio menggeram pelan ketika menatap bangku dan meja lewat kaca jendela kelas. Ada gejolak yang ia tak paham di hatinya.
“Mas Rio?” suara kecil itu mengusik telinga Rio membuat pemuda itu menoleh dan mendapati orang yang sudah tidak ingin ia temui setelah orang-orang di masa lalunya.
“Mas Rio ngapain disini?” tanya si pemilik suara itu lagi. Rio tak menanggapinya, lalu dengan santai –walau masih dengan hati yang semakin bergejolak—meninggalkan ruang kelas itu, pergi jauh-jauh dari gedung sekolah.
“Ih Mas Rio, tunggu!!” pekik suara itu yang dijawab dengan langkah Rio yang semakin cepat.
Rio terus mempercepat langkahnya, keluar dari gedung itu, ia harus segera melompat ke dalam bis atau alat transportasi apapun yang melintas. Ia harus segera pergi kalau ia tidak ingin menambah pelik masalah hidupnya, dan menurut hipotesisnya si pemilik suara tadi akan segera menambah masalahnya. Jadi, kalau tidak ingin hidupnya semakin ruwet saja Rio harus jauh-jauh dengan pemilik suara itu. Harus!
Rio akhirnya asyik bergantungan di dalam bis yang penuh sesak. Kepulan asap rokok yang dihembuskan penumpang dan asap kendaraan bermotor yang menelusup lewat jendela-jendela bus yang dibuka semakin membuat bus ini mirip sauna yang penuh dengan gas-gas berbahaya. Rio menghela napas untuk ke sekian kali. Lebih baik begini daripada berurusan dengan pemilik suara tadi.
“Uhuk-uhuk.” Rio segera menoleh begitu mendengar suara yang tidak asing baginya.
“Shilla?”
*
Ify terus-terusan manyun membuat abangnya yang ada di layar komputer menatap adiknya dengan alis bertaut.
“Ya, abang harus gimana?” tanya Gabriel –kakak Ify- untuk ke sekian kali. Ify tidak menjawab malah semakin manyun.
“Ya Ify nggak tau.” Rajuknya. Gabriel menggaruk kepalanya bingung.
“Susah juga ya punya adik kayak kamu, Fy. Sofia Kayon, sekali pengen tau harus dapet jawaban. Tapi, Ify sayang. Tidak semua pertanyaan di dunia ini harus kamu dapatkan jawabannya, Fy. Kadang pertanyaan itu memang hanya jadi pertanyaan yang nggak punya jawaban, gitu.” Ujar Gabriel yang sepertinya sudah mentok ingin mengatakan apa agar adiknya berhenti manyun.
Ify tadi bercerita tentang Rio, cowok preman itu. Ify mengungkapkan keinginannya untuk mengenal Rio lebih jauh, yang tadi dijawab dengan ejekan dan godaan oleh Bang Gabriel. Tapi, akhirnya sang Abang menyuruh Ify fokus belajar saja, pengalihan perhatian Ify, seperti yang abangnya bilang.
“iyadeh terserah, mau bilang apa. Adek capek, Bang. Mau tidur. Abang juga buruan tidur jangan ngedate terus sama tugas, ngedate sama yang udah nunggu disini bisa kali.” Ujar Ify akhirnya.
“Yang disana? Siapa?” jawab gabriel polos. Ify gemas, rasanya kalau tangannya bisa menembus layar laptop pasti ia sudah mencubit pipi kurus abangnya sampai merah.
“Ya Mbak Sivia lah, Bang.” Gabriel di jauh sana hanya tertawa.
“Bentar lagi doi kan yang kesini. Lo tuh juga, dua bulan lagi kesini lho, awas kalau nggak.” Ancam Gabriel. Ify mengangguk, lalu pamit tidur pada abangnya dan segera mematikan laptop kesayangannya.
Ify menjatuhkan diri di kasur yang empuk, memandangi langit-langit kamarnya yang penuh stiker glow in the dark. Tidak seperti malam sebelumnya, dimana ia hanya sibuk mengkhawatirkan Mama, kali ini setelah pertemuan di bis itu, Ify jadi mengkhawatirkan Rio entah untuk alasan apa.
**
Sudah seminggu, semuanya masih berjalan sama saja bagi Ify. Ia masih belum mendapat petunjuk tentang siapa Rio sesungguhnya. Dan tiba-tiba, anak buah Rio yang menurut Ify lucu, Bastian dan Debo ikut-ikutan menghilang, padahal seingat Ify –dan juga seingat Acha—dua penyanyi jalanan kocak itu sebelum-sebelumnya sering menyanyi di bis yang lewat depan sekolah mereka. Mungkin Rio sudah mengatakan sesuatu tentang dirinya kepada dua cowok nyentrik itu.
Seminggu ini Ify bukan hanya kosong mengenai kabar Rio, juga Ray yang entah mengapa tiba-tiba tidak bicara kepada Ify sebanyak sebelumnya. Kalau biasanya ia berbicara apa saja pada Ify, menawarkan lagu mana yang Ify ingin dengar dari Bandnya, kini cowok itu hanya bicara seperlunya dan itu hanya seputar jadwal pelajaran yang sebenarnya Ray sendiri sudah hafal. Kalau begini kan Ify jadi rancu soal perkataan Ray yang ingin membantu memecahkan masalahnya yang semakin buntu.
Drrtt...
1 message received
Tante Anida
Yoon? Your dad has just called.
Ify dengan lincah segera mengetikkan balasan kepada tantenya.
Iya, aku jg d tlpon tan. Mama is getting better, isn’t it <3
Ify memasukkan hapenya ke dalam kantong saat ia sadar ia berdiri dimana.
Ia berdiri di tempat Rio dulu berdiri menerawang jauh ke dalam ruangan kelas. Saat pertama Ify melihat ada gejolak aneh yang terpancar dari aura Rio.
Satu petunjuk: Ada sesuatu dengan Rio dan sekolah...

Oke,
cukup
to be continued <3

0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang