Ah, selamat membaca ^^
*
Ify termenung di dalam kamarnya.
Cokelat dari Rio kemarin, kata-katanya kemarin masih berlarian di pikirannya.
Ditambah Via yang makin hari makin kompor, yang malah membuatnya risih. Sebelum
Ify, tenggelam lebih jauh dalam renungannya, handphone nya berdering.
“Hallo, Assalamu’alaikum,” jawabnya
bete mendapati nomor Via yang muncul di layar.
“Waalaikumsalam. He, cewek ogeb,
jangan bilang lo masih meratapi anniv lo yang gagal itu ya,” cerocos Via. Ify
mengangguk saja, ya meskipun Via tidak bisa melihatnya.
“Fy, lo tuh udah bebel di pelajaran.
Nggak usah tambah bebel di hati,” omel Via. Ify mencibir. Dia memang tidak
pintar dalam pelajaran, tapi masa iya dia juga tidak pintar dalam masalah hati?
“Apasih vi,” balas Ify sebal. Derai
tawa Via terdengar dari seberang sana.
“Good. Lo masih idup, gue kira tadi
lo Cuma ngangkat telpon terus abis itu lo ngeloyor,” ujar Via puas.
“Mau apa sih lo? Gue nggak punya
video baru nih.” Ify mulai sebal, ia tahu Via mengerjainya.
“Gini ya. Gue Cuma mau bilang.
Kesatria behelku sayang. Lo harus dong, sekali-kali pinter. Lo boleh gagal move
on sama Pangeran lo itu tapi inget jangan jadi bego. Lo tuh udah bebel di
pelajaran dan lo sadar gak sih lo tuh udah remed mulu. Ya, gue sih Cuma mau
bilang kalo lo mau nggak bebel lagi, lo boleh kok dateng ke gue belajar
bareng…” belum selesai Via bicara, Ify menutup telponnya. Via benar-benar
mengerjainya.