but I thank you guys for reading this, xoxo :D *kerasukan Cody Simpson*
Tidak semua dongeng berakhir indah. Bahkan tidak semua
orang suka pada akhir indah dongeng yang kebanyakan bercerita bahwa sang putri
dan pangeran hidup bahagia selamanya. Kenapa ? Apa mereka sekelompok jomblo sensitif?
Apa mereka merasa bahwa mereka bukanlah putri ataupun pangeran. Hanya seorang
biasa yang (terkadang lancang) mengharapkan pangeran / putri. Apa orang-orang
ini takut bahwa pada akhirnya tidak ada akhir bahagia bagi orang biasa.
Sehingga Mas Adam Levine bilang ‘all
those fairytales are full of shits’
Kenapa sih? Dan kadang aku juga berfikir begitu. Aku –menamakan diriku disini—Alice. Tapi sungguh aku tidak berasal dari wonderland. Aku tinggal di salah satu kota terpadat di dunia. Lagipula, aku belum pernah terperosok ke lubang kelinci karena aku percaya di celah-celah kota ini pun kelinci tidak mau repot-repot menggali lubang untuk sarangnya. Kelinci sekarang sudah enak di kandang dengan wortel dan kangkung yang membuat mereka gemuk. Eh? Kenapa jadi ngomongin Kelinci.
Aku baru duduk di bangku SMA. Dan aku ingin membuktikan
apa yang biasa aku lihat di televisi, di sinema elektronik remaja terutama
tentang jatuh cinta. Ah ya, sebenarnya aku malas membahas ini. Karena, aku
tidak seberuntung remaja-remaja di sinetron yang cintanya terbalaskan. Tapi aku
beruntung –ya aku harus bersyukur atas semua yang terjadi dalam hidupku—karena aku
bisa merasakan bagaimana jatuh cinta meskipun rasaku tidak menjatuhi orang yang
aku suka. Aku mau bilang ke KPI mereka harus menyuruh perusahaan televise –begitu
bukan sih namanya- untuk berhenti menayangkan sinetron remaja karena hanya
menyuguhkan fantasi-fantasi gila bagi orang seperti aku, jomblo sensitif.
Oh ya, aku mau bilang sesuatu. Ya, sebenarnya tujuanku
menulis cerita ini. Cerita tentang orang yang beruntung –aku harus mendoakan
yang terbaik untuknya- tidak kejatuhan rasaku. Karena aku dengar dari
comic-comic kalau cowok sering mengeluh tentang gebetannya, tentang ceweknya.
Jadi dia beruntung karena aku tidak perlu membuatnya mengeluh. Dia Mario.
Bukan, dia bukan super Mario karena dia tidak berkumis. Dia juga bukan Mario teguh
karena meskipun dia –aku rasa- bijak dia tidak botak. Dia juga bukan Mario maurer
karena dia jauh lebih imut dan ganteng ya setidaknya itu menurutku. Dia
Marioku, aih lancangnya aku.
Mario orang yang baik. Aku melihatnya pertama kali di
perpustakaan, dia sedang membaca koran bersama segerombol temannya dan aku
sebenarnya sedang sibuk merangkum berita tapi terhenti karena aku jadi sibuk
mengamatinya. Mario ganteng sekali waktu itu dan sampai sekarangpun masih. Aku
tidak gegabah dengan langsung update status ‘love at the first sight’ karena
aku belum love Mario. Kalau kau tertarik orang karena kecantikan/ketampanannya
itu namanya kagum kan? Jadi, ah ya aku
kagum dengan Mario.
Hari-hari setelah kejadian di perpustakaan aku tidak
pernah melihat Mario. Aku terlalu malas untuk memutari sekolah mencarinya.
Lagian, kalau ditakdirkan ketemu kan nantinya juga pasti bertemu. Tapi
ternyata, takdir tidak juga membawaku bertemu Mario. Aku baru bertemu Mario
saat aku pergi ke kantin, dan aku juga sudah mulai sadar untuk berusaha bertemu
Mario karena di mimpiku aku melihat Mario menyuruhku mencarinya. Dan di kantin
itulah, aku berusaha membaca badge namanya. Mario. Itu saja yang tertulis
disana. Aku sumringah sekali waktu itu. Dan ketika sampai di rumah aku
mengestalknya di facebook dan twitter. Dengan berbekal namanya dan wajahnya
yang selalu kuingat aku berusaha mencocokkannya dengan foto dan id yang ku
temukan di jejaring sosialku.
Dengan mudah , aku menemukan profilnya. Lalu aku
membukanya tapi aku ragu apa aku harus mengirimkan permintaan pertemanan
padanya. Tapi akhirnya aku menge-add nya juga sambil tersenyum tidak jelas. Dan
baru 5 menit berlalu aku mendapat pemberitahuan dari facebook bahwa Mario
meng-accept ku sebagai temannya. Aku menyeringai senang. Aku tambah senang
ketika Mario menge-chat ku. Ah, aku serasa ingin melompat-lompar sampai langit
ke tujuh kalau begini caranya.
Some people call me
crazy
But I don’t
think I’m crazy
To believe
in you and me could be something
Sudah sifat bawaan lahir wanita kalau ia mudah GR. Aku
juga begitu. Aku dan Mario dekat sekali. Ah, tapi kan di atas tadi aku sudah
bilang kalau tidak semua dongeng berakhir indah. Aku dan Mario juga sama. Aku
terjebak friendzone, aduh kalau aku laki-laki pasti aku cepat move on –barangkali
sih—tapi aku masih mengharapkan Mario sampai sekarang. Walaupun ya, sekarang
aku dengar-dengar padahal aku sudah bersusah payah tidak mau mendengar bahwa
Mario sudah taken.
Patah hati . patah hati deh gue. Tapi aku nggak pantang
menyerah kok. I won’t give up on Mario even he will </3 eh tapi,
ngomong-ngomong kalian jangan ceritakan ini pada siapa-siapa ya. Aku malu kalau
sampai Mario dengar cerita ini dari salah satu kalian. Awas ya !!
Byeee….
Oh, ya. Namaku yang sebenarnya Alyssa.
Lengkapnya Alyssa Mario *ps: jangan beritahu Mario ya,
plis ;)*
*
Once again, thank you for reading <3 :------)
0 komentar:
Posting Komentar
Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3