Minggu, 13 Oktober 2013

A Door To Open

holaaaaaaaaaaaaaa.......
pengen buat fanfict nih. Rify, ya karena cuma suka couple-couple bekas anak IC (?) tapi kayaknya failed. tapi pengen posting ._. yaudah, cekidot :D



            Ify menekuni buku super tebalnya dengan serius. Dengan penuh perhatian, dipahaminya setiap kata, setiap penjelasan yang ingin disampaikan penulis kepadanya. Namun, otaknya masih saja menolak mencerna kalimat yang diucapkan Ify.
            “Muka lo lucu kalau kayak gitu terus,” ujar seorang pemuda sembari tertawa melihat raut serius + frustasi Ify. Ify manyun. Bisa-bisanya Rio –pemuda itu- menertawainya di saat ia sedang berusaha keras memahami materi pelajaran.
            “Nah, apa lagi kalau udah gitu. Pake manyun segala. Lo makin lucu,” tambah Rio kali ini ia tertawa lebih keras.
            “Ih, rese. Temennya lagi susah malah diketawain,” gerutu Ify sambil menutup wajahnya dengan buku super tebal, menyembunyikan wajahnya dari tertawaan Rio.
            “Makanya. Jangan Cuma nyanyi sama fangirling aja yang lo getolin. Belajarnya juga. Coba deh waktu itu lo nggak pake ngelive SNSD. Lo gak bakal remed,” balas Rio santai.
            “Berisik,” sengak Ify masih di balik bukunya. Dengan konsentrasi penuh lagi, Ify berusaha menyerap semua informasi di buku tebal itu ke otaknya.
            Rio yang sudah tidak punya hiburan karena Ify lebih memilih buku tebal berlabel kimia daripada dirinya.
           
“Gue balik ya, yel?” ujar Rio sambil berdiri. Ify menyembul dari balik bukunya, melotot.
            “Maksud gue, fy,” ralat Rio yang segera berlari menjauhi Ify sambil nyengir juga. Ify manyun, bisa-bisanya Rio memanggilnya ‘yel’ untung ini perpustakaan jadi kemungkinannya kecil kalau ada orang yang mendengar Rio tadi. Bisa gempar satu sekolah karena hal ini. Dan bisa juga tekad Ify yang sudah bulat tiba-tiba memudar. Kan bisa jadi.
*
            Alunan lagu A thousand years dari Christina Perri mengalun dari handphone Ify. Sedikit-sedikit, Ify ikut menyanyi.
            “Duh, sore cerah begini. Masih aja galau. Pacarnya kemana mbak?” goda Via lalu menekan stop pada mp3 playernya.
            “Apasih. Serah gue dong,” gerutu Ify sambil meraih hp nya lagi.
            “Yel, come on. It’s been a year.” Ujar Via mencoba merubuhkan semua tekad Ify.
            “Gue tahu! Dan tolong panggil gue Ify,” Ify gusar lalu meninggalkan Via yang hanya melongo.
            “Wih, kenapa tuh kesatria behel?” tanya Rio pada Via.
            “Ngambek,” jawab Via cuek. Rio mengangkat sebelah alisnya.
            “Biasalah. Lo tahu kan alasan kenapa itu kesatria behel ngambek,”
            Rio mengangguk. Ia tahu alasannya kenapa gadis itu marah. Ia tahu alasan kenapa gadis itu menggerutu. Ia tahu kenapa gadis itu masih menunggu. Ia tahu. Rio tahu semua tentang gadis itu meskipun tak sedikitpun gadis itu tahu.
            “Suka sama orang yang nggak peka. Apalagi orang yang masih ngarepin orang lain itu ternyata sakit ya, vi?” ucap Rio tiba-tiba. Via terkejut, tak biasanya Rio terdengar seputus asa ini. Tak biasanya mata elangnya mendadak sayu dan sendu seperti ini.      
            “Lo nyerah?” tanya Via, tak percaya. Rio menggeleng lemah.
            “Nggak tahu,” ujarnya lesu.
            “Oh, come on. Katanya lo mau jadi partner di segala bidangnya kesatria behel. Masa lo nyerah gitu aja,” ujar Via gemas.
            “Gue rasa cukup jadi partner yang kayak gini aja. Jadi sahabat dia aja cukup kok,” jawab Rio pasrah.
            “Duhh. Nggak, nggak boleh. Lo harus fight buat dia. Lo harus buat dia sadar kalau lo yang sebenernya dia tunggu. Titik!” ucap Via final dan sekaligus menggetarkan mental Rio.
*
            Hari ini, satu tahun yang lalu. Ify masih ingat persis. Sekeras apapun gadis itu berusaha melupakannya, namun bayangannya semakin hari makin jelas. Semakin meminta diingat daripada meminta dilupa.
            “Udah 2 tahun ya. Nggak kerasa,” ujar Ify senang. Senyumnya terpoles manis di wajah ayunya. Pemuda di depannya mengangguk setuju.
            “Dari kita masih SMP. Masih belum tahu apa-apa, masih alay soal cinta. Sampai kita agak gedean gini, hehe,” ujarnya lagi kali ini diiringi tawanya yang renyah. Sekali lagi, pemuda di depannya hanya mengangguk.
            “Semoga bisa sampai kita dewasa ya,” kali ini Ify terpejam, kalimatnya penuh harap, penuh doa. Pemuda di depannya hanya terdiam, tidak mengangguk seperti sebelumnya.
            “Ify,” panggilnya pelan. Ify menoleh ke arahnya, tersenyum penuh. Raut wajah bimbang didapati gadis berdagu tirus itu saat memandang Gabriel, pemuda di hadapannya.
            “Aku nggak tahu. Aku Cuma ngerasa kita nggak bisa sampai dewasa,” ujarnya ragu. Ify menatapnya datar. Mimik mukanya menyiratkan bahwa ia ingin penjelasan.
            “Kita terlalu berbeda, Ify.” Ujar Gabriel lirih. Ify menatapnya bingung. Apanya yang beda?
            “Aku eh Gue nggak tahu, Fy. Gue , gue rasa kita sampai di sini aja. Sorry,” ucap Gabriel –agak- sedih atau berpura-pura sedih. Dan, hari itu juga Ify ingat, dia ditinggalkan tanpa alasan yang jelas.
            Setahun telah berlalu, dan selama kurun waktu itulah Ify tahu, Gabriel meninggalkannya untuk yang lain. Untuk cinta monyetnya, Ashilla.Ify menggigit bibir bawahnya, menahan emosinya. Entah kenapa, dia merasa belum bisa mendengar nama Gabriel bersanding dengan nama lain selain dirinya. Dia belum bisa melepas Gabriel semudah yang Gabriel lakukan kepadanya.
            “Nih, cokelat!” sodor Rio tepat di depan Ify.
            “Bagus buat orang-orang galau kayak lo. Jadi mood lo bisa lah naik-naik dikit. Nih, buruan ambil. Jangan Cuma diliatin doing,” tambah Rio kali ini sudah memindahkan cokelatnya ke tangan Ify. Ify menurut, dibukanya cokelat yang Rio berikan dan ia memakannya lahap.
            “Ngapain disini? Ngerayain failed anniv lo ya?” tanya Rio spontan. Ify menatapnya tak suka.
            “Kadang ya, fy. Lo tuh harus nyoba keluar dari zona nyaman lo. Gue tahu lo pasti mikir ini pasti nggak nyambung. Tapi ini nyambung kok, fy serius. Lo harus, fy! Keluar dari zona nyaman yang udah Gabriel buat ke elo waktu kalian pacaran. Fy, tutup pintu lo buat Gabriel tapi jangan dikunciin. Dan coba deh, lo buka tuh pintu hati lo yang lain. Sebelum orang itu ngetuk tiga kali dan akhirnya nyerah, pergi,” ucap Rio sambil terkekeh pelan.
            “Kenapa gue nggak boleh ngunciin Gabriel?” tanya Ify sambil berkaca-kaca.
            “Ya, kalau dia lo kunciin. Kemungkinannya Cuma 2. Dia nggak bisa keluar dari hati lo dan dia nggak bisa masuk ke hati lo kalau dia butuh lo sebagai temennya,” jawab Rio. Ify menunduk.
            “Sejak kapan lo punya teori kunci-pintu begini? Semenjak teori kunci-gembok?” tanya Ify garing.
            “Ya, sejak gue tahu kalau pintu gue belum dibukain sama lo,” jawab Rio membuat Ify mematung.
            “Maksud lo?” tanya Ify terbelalak. Rio mengedikkan bahu.
            “Masa harus gue sih yang ngasih tahu lo semuanya. Sekali-kali deh lo mikir beginian, hehe.”
            Dan Ify pun terdiam memikirkan jawabnya. 

**

Gatau ini end apa belum. ntaran kalo saya pd saya post deh -__-
tapi ini aja udah absurd banget. 
Kalo ada yang kesasar ke sini dan baca ini. thankyou alot :* <3

2 komentar:

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang