Sebuah cerita yang semoga bisa menghibur siapa yang membacanya
*
Kamu tidak akan pernah merasa memiliki sebelum kamu kehilangan.
Kamu tidak akan pernah sakit kalau belum terluka
Kamu tidak akan tau tinggal kalau terus pergi
Dan kamu tidak akan pernah tau arti dia yang selalu ada di sampingmu setelah ia melangkah di depanmu atau di belakangmu
Apa kamu akan diam dan tidak akan pernah sakit, tau, memiliki atau tau artinya ?
Ini aku , Anora. Akan ku beri tau sedikit ceritaku dan sahabatku, Danish.
Kenapa ? Karna ia yang memberi tauku semuanya. Membuatku tau, apa arti sahabat.
*
Kamu tidak akan pernah sakit kalau belum terluka
Kamu tidak akan tau tinggal kalau terus pergi
Dan kamu tidak akan pernah tau arti dia yang selalu ada di sampingmu setelah ia melangkah di depanmu atau di belakangmu
Apa kamu akan diam dan tidak akan pernah sakit, tau, memiliki atau tau artinya ?
Ini aku , Anora. Akan ku beri tau sedikit ceritaku dan sahabatku, Danish.
Kenapa ? Karna ia yang memberi tauku semuanya. Membuatku tau, apa arti sahabat.
*
Dalam gulita tiada yang ia lihat, ia tak tahu kemana harus
melangkah. Gelap,hampa. itu saja yang
dia rasa. Dan di saat tangan kecil itu membimbingnya, menuntunnya keluar dari
gulita ia membiarkannya. Ia membiarkan tangan-tangan kecil itu menariknya dari
gulita, membiarkan tangan-tangan kecil itu menuntunnya, membantunya untuk
melangkah, dan ia membiarkan tangan-tangan kecil itu menulis kisah dan memberi warna
dalam hidupnya. Karena ia tahu siapa pemilik tangan kecil itu, malaikat dari
Tuhan yang bernama sahabat.
*
Ayunan tua itu berderit-derit tertiup angin, perosotan biru
yang warnanya sudah mulai luntur itu masih tetap berdiri kokoh. Jungkat-jungkitnya
juga masih sama. Semuanya sama, kecuali warnanya yang mulai luntur dan
karat-karat disana-sini. Gadis itu melangkah menuju ayunan, duduk disana dan
berayun. Bukan hanya dirinya yang berayun, angannya juga berayun, melayang ke
masa kecilnya. Gadis itu ingat sekali di tempat itulah ia bertemu dengan Anora,
sahabatnya.
“Danish,” panggil suara khas di seberang taman bermain itu.
Danish menoleh, ia hapal betul siapa pemilik suara itu, siapa lagi kalau bukan
Anora.
“Apa ? ada yang baru ?” Tanya Danish sambil kembali berayun.
Anora meraih pegangan ayunan Danish dan menghentikannya.
“Gue mau ngomong sama lo,” ujar Anora sedikit sebal.
“Kan lo juga masih bisa ngomong kan selagi gue main ayunan,”
Danish ngotot ingin berayun.
“Ini penting, ga mau lah gue ngomong disini,” balas Anora
semakin sebal. Danish diam, tidak mendebat Anora lagi kemudian beranjak dari
ayunannya. Anora tersenyum menang kemudian menarik lengan Danish meninggalkan
taman itu naik sepedanya.
*
Kedai es krim itu tampak lengang, hanya ada Anora dan Danish
serta beberapa pengunjung lain yang sibuk dengan es krim masing-masing,
“Kok lo bisa tahu kalo gue ada di taman?” Tanya Danish
basa-basi.
“helllooo? Danish ? kita udah sahabatan dari kita masih TK
ya pasti gue tau kapan dan dimana elo setiap jamnya,” gerutu Anora. Danish
menyengir lebar .
“Dan, gue sedih. Gue banyak masalah akhir-akhir ini,” ucap
Anora sedih. Danish mengernyit, “Apa? Lo bisa ceritai ke gue kok ra,” ujarnya
menghibur.
“ya, banyaklah. Bokap-nyokap sibuk terus jadinya gue
dijadiin pelampiasan dimarah-marahin melulu. Terus lagi tuh, si Radit
akhir-akhir ini nyuekin gue mulu, pacarnya bukan sih gue ini sebenernya, huh,”
Anora bercerita dengan sedikit sebal.
“Wajar sih kalo bonyok lu marah-marah terus kan mereka
capek,” balas Danish
“capek istirahat bukannya marah-marah,” gerutu Anora.
“ya lo bilang aja ke merka beres kan?” saran Danish sambil
menyeruput es krimnya.
“iya juga ya. Nah, kalo si radit gimana noh?”
“lo di cuekin? Cuekin balik aja,” balas Danish sambil
tertawa kecil . Anora menoyor Danish seketika. Dan tawa Danish semakin
mengeras. Tawanya yang lucu membuat anora ikut tertawa. Keduanya pun larut
dalam tawa. Karena itulah sahabat, selalu mampu melarutkan dukamu menjadi tawa.
*
Bagaimanapun usaha mu untuk menghentikannya tidak akan
pernah menghentikannya.
Dan bagaimanapun usahamu untuk mengulangnya dia juga tidak
akan pernah terulang. Ya, itu waktu. Waktu yang terus bergulir tanpa mau
berhenti dan tanpa mau di ulang.
Satu semester tak terasa telah dilewati Anora dan Danish. Dan
semuanya baik-baik saja. Sama saat semester waktu SD maupun waktu SMP. Anora
tetap Anora yang Danish kenal dan Danish tetap Danish yang Anora kenal.
Keduanya masih saling mengerti satu sama lain, tidak berubah. Awal semester
keduanya di SMA terasa berbeda bagi Danish. Entah hanya perasaannya atau mengkin benar faktanya kalau
Anora sedikit banyak berubah. Tapi, perasaan itu ditepisnya. ‘Anora tetap Anora
yang Danish kenal dulu, sekarang, dan seterusnya’
Setiap tahun , setiap kelas mereka selalu duduk 1 meja.
Bosan? Tidak, mereka tidak bosan. Kenapa ? karena mereka adalah sahabat. Danish
mencatat materi yang diberikan guru kimia dengan seksama . Guru kimia memang
sudah keluar dari kelas Danish beberapa menit yang lalu tapi Danishs belum juga
menyelesaikan catatannya. Jam pelajaran kelasnya sekarang bahasa inggris namun
dewi fortuna sepertinya sedang berada di kelas mereka jam kali ini kosong.
“Ra, perpus yuk ?” ajak Danish.
“Enggak ah, males gue. Gue mau disini aja,” tolak Anora.
Danish mengedikan bahunya lalu meninggalkan Anora.
*
Perpustakaan selalu sepi, sesepi hati Danish saat ini sudah
beberapa minggu terakhir ini Anora tidak disamping Danish. Memang sih, Anora
masih tetap duduk disamping Danish dari kelas dimulai sampai kelas berakhir.
Tapi Danish rasa Anora yang duduk disampingnya bukan Anora sahabatnya, entah
dia itu Anora siapa yang jelas bagi Danish dia bukan Anora.
Riuh tiba-tiba memenuhi perpustakaan. Suara beberapa siswi
yang heboh mengisi daftar pengunjung . Dari suara-suara yang ia dengar. Danish
tau salah satu pemilik suara itu adalah Anora.
“Tadi katanya males kok sekarang kesini ?” Tanya Danish ketika
ia mendapati Anora duduk di dekat bangkunya duduk.
“Di ajak Delia,” Jawab Anora pendek. Danish diam kembali
membaca. Kemudian dia berpura-pura tidak peduli akan Anora. Gelak tawa Anora
dan Delia mengganggu konsentrasi Danish. Tawa mereka yang tulus mengguncang
Danish. Tawa yang seharusnya menghiasi kisah Danish dan Anora bukan Delia dan
Anora. Danish beranjak dari duduknya. Anora tercengang. Danish tak peduli,
gadis cantik itu meninggalkan perpustakaan dengan sebal.
*
Danish berteriak, merutuki Delia dan Anora. Mata Danish
memanas butiran air mata pun jatuh di kedua pipinya.Sesaat kemudian ia berpikir
lagi. Bukan , ini bukan salah delia,’ teriaknya dalam hati. ‘ini juga bukan
salah Anora,’ Ini semua salahku, aku terlalu egois. Batin Danish menyalahkan
dirinya sendiri atas apa yang terjadi saat ini. Danish harusnya tidak bersikap
seperti anak kecil, Anora bilang Delia sedang dalam keadaan tertekan dan dia
tidak punya teman berbagi itu sebabnya Anora dekat dengan Delia saat ini untuk
membangkitkan semangat delia agar delia tidak sedih lagi.
“masa Danish nggak mau liat orang lain seneng, Anora deket
sama Delia buat bangkitin dia lagi. Danish tetep sahabat Anora kok,” perkataan
Anora seminggu yang lalu masih menempel kuat di benak Danish, Danish percaya
Anora. Danish tersenyum mantap kemudian. Danish dan Anora adalah sahabat,
selamanya.
*
Jangan janji-janji terus aku tak mau kau bohong (vierra – kesepian)
Pandangan Danish tidak terlepas
dari jam tangan dan handphonenya, berulang kali 2 bola mata indah itu melirik
dan memelototi kedua objek itu. Danish mondar-mandir kebingungan sambil terus
melihat jam. Drrttt.. HPnya bergetar , 1 pesan ringkas dari Anora. Danish
membacanya, Anora belum pulang. Gadis itu tersenyum datar.
‘mungkin dia lagi di jalan,’ pikir
Danish.
1 jam berselang. Tidak ada pesan
masuk dari Anora, Danish semakin gelisah. Danish dan Anora sudah berjanji
akan mengerjakan tugas bersama di rumah Anora. Danish bisa-bisa saja sekarang
melesat ke rumah Anora, tapi kalau Anora tidak ada ? Karena itulah, ia menunggu
Anora pulang mengantar Grace teman sekelasnya yang sakit.
Danish kembali meneror Anora
dengan pesan singkat, tapi nihil tidak ada 1 pun yang dibalas Anora. Danish
kesal, sangat kesal. Dengan pikiran jengkel, ia memutuskan mengerjakan tugasnya
sendiri, TANPA ANORA!
Setengah jam Danish mengerjakan.
Handphonenya bergetar. Anora.
Sender : Anora ♥
Danish, maaf :(kita nggak jadi kerja
kelompok aku ngebantuin kelompok lidya maaf banget yaaa :(jangan marah ya :)
Begitu isi
pesan singkat anora. Danish mendengus, ia memilih tidak membalas pesan Anora.
Bagaimana bisa Anora meminta Danish untuk memaafkannya atas apa yang Anora
selama bulan-bulan ini. Mencampakkan Danish. Jarang punya waktu Danish, tapi
untuk Delia semuanya ada. Apa Anora sudah bosan berteman –bersahabat dengan
Danish ? Kadang Danish benci dengan fakta bahwa selama apa kita berteman atau
bersahabat bisa tergerus dengan datangnya teman baru.
*
Tiada sapa
diantara keduanya. Ego sudah terlalu banyak bicara. Sunyi, hanya sunyi yang di
rasa keduanya. Berubah. Dia berubah. Tidak ! semuanya berubah, entah dirinya
, sahabatnya atau mereka berdua sama-sama berubah.
Cahaya
mentari sore menerpa rambut gadis ini. Ia mengayun pelan di atas ayunan, tangan
kanannya memegang secarik kertas. Kaki-kakinya menjejak bumi yang tidak
bersalah, batinnya menjerit. Sudah berjam-jam ia menunggu. Menunggu sahabatnya,
Anora.
Derap langkah
memasuki taman itu, Danish mendongak. Anora, sosok yang di tunggunya akhirnya datang.
“gue kira
lo nggak bakal dateng,” ujar Danish dingin. Anora tidak berkata apapun. Danish
memberikan secarik kertas yang tadi di genggamnya. Anora tertegun, gadis itu
menerima kertas Danish dengan kikuk. “umm, sorry dan . Gue lupa bawa kertas
refleksi buat lo,” ujar anora , merasa bersalah. Danish mengangguk.
“boleh gue
baca ini sendiri? Tanpa lo yang harusnya juga baca kertas dari gue?” Tanya Anora.
Lagi-lagi Danish hanya mengangguk. Danish lalu berdiri, “gue pulang duluan ya .
udah ada janji sama mama, maaf nggak bisa nemenin kamu baca,” ujar Danish dingin
sambil melangkah pergi.
Anora
melongo menatap punggung Danish yang semakin menjauhinya. Gadis cantik berambut
panjang itu kemudian membaca kertas dari Danish
Untuk Anora, sahabatku dulu, sekarang, dan aku
harap selamanya
Apa kabar Anora ? hehe, aku merasa aku adalah sahabat
yang buruk karena aku harus menanyakan kabarmu terlebih dulu harusnya aku tidak
perlu bertanya karena aku pasti tahu keadaanmu. Tapi anora, sekarang beda.
Untuk tahu kabarmu saja sulit. Kamu jauh sekarang :(
Anora, gimana delia ? dia udah bisa cheer up lagi
belum? Kok dia ngambil kamu dari aku lama banget , aku kan kangen Anora
sahabatku :(
Anora, kamu tahu nggak ? Aku kadang ngerasa egois
aku bĂȘte kalo kamu temenan sama yang lain. Hehe, tapi sekarang aku sadar ra.
Aku ga boleh ngatur-ngatur kamu . Itu pilihan kamu mau temenan sama siapa ajar ra.
Tapi , kamu harus inget jangan lupain aku.
Anora, aku kangen kamu yang dulu selalu ada buat
aku, yang selalu dengerin ceritaku. Anora yang selalu cerita ke Danish , anora
yang suka ngejailin Danish. Pokoknya Danish kangen Anora.
Anora, aku tau dia –Delia lebih ngebutuhin kamu
daripada aku, tapi disini aku juga butuh kamu.
Anora kamu berubah, berubah drastis :(
Anora, kamu sahabatku seterusnya akan terus
begitu. Jangan berubah ya, Aku sayang kamu Anora.
Sahabatmu,
Danish
Nb: Apa aku perlu depresi biar kamu mau jadi
sahabatku lagi?
Air mata
anora mengalir deras membaca surat Danish. Setiap kata yang Danish tulis
benar-benar luapan emosi dan perasaan Danish yang akhir-akhir ini jarang Anora
tau. Anora menyesal, menyesal. Tapi tidak ada gunanya. Anora sudah banyak
berbuat salah akan Danish, Danish sahabatnya. Sahabatnya yang selalu ada
untuknya, yang selalu ia hiraukan. Danish, sahabat yang selalu menunggu, menunggu
Anora menepati janjinya. Danish, sahabat yang selalu bersabar untuk Anora.
Danish, sahabat yang selalu memaafkan segala kesalahan Anora.
Tangis
Anora makin menjadi. Anora sudah dengan bodoh melepas sahabatnya pergi hanya
untuk seorang teman. Batin anora terkoyak. Tangisnya semakin menjadi-jadi tapi
tidak ada Danish, Danish yang selalu menenangkannya.
*
Ketika
semuanya sudah berakhir dan tidak akan bisa diperbaiki. Cobalah untuk memulai
awal yang baru.
Sinar
matahari mulai meninggi. Sepoi angin kering menerpa gadis berlesung pipi itu.
Kakinya mengayuh sepedanya lebih cepat menuju taman. Taman tempat segalanya di
mulai, tempat ia menemukan seseorang yang akhirnya ia sadari adalah sahabat
sejatinya. Semuanya kembali seperti semula. Danish berayun anggun di atas
ayunan kesayangannya dan Anora merengek menarik-narik Danish untuk turun dan
mendengar ceritanya. Dan Danish selalu tidak keberatan untuk berhenti dan mendengar
Anora. Dan Anora berjanji tidak akan mencampakan atau melupakan Danish.
Janji-janji
kembali terikrar
Bukti
menunggu untuk di tebus
Segala duka
larut lagi dalam tawa
Mengapa ?
Karena kita sahabat selamanya.
*
Hahaha, akhirnya bisa bikin cerita pendek.
Maaf kalo agak aneh atau apalah .masih amatir, wkwkwk :D
Sukoharjo, 4 April 2012
Citra Patrianegari
0 komentar:
Posting Komentar
Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3