check this one out, enjoy :)
^^^
“3 days promise?
Apaan tuh?” Tanya sivia, Gabriel, dan rio kompak kepadaku.
“3 days promise
itu janji 3 hari,” jawabku santai.
“itu mah, kita
juga tahu! Maksudnya apaan?” tanya sivia jengkel.
“maksudnya, kalo
kita ada problem ato kita musuhan, marahan! Gaboleh lebih dari 3 hari! Kalo
lebih artinya kita bukan sahabat lagi! Dan kalo di hari ketiga kita ga minta
maaf, kita bukan sahabat! Gimana? Setuju nggak?” jelasku sambil meminta
persetujuan dari ketiga sahabatku. Ku lihat mereka semua tampak berpikir.
“hmm,” Gabriel
memecah keheningan.
“aku setuju,”
jawab sivia diiringi anggukan Gabriel dan rio.
“oke, 3 days
promise,” jawabku sambil mengangkat kelingkingku.
“3 days promise :
),” jawab Gabriel, sivia, dan rio kompak.
* * *
Aku selalu
tersenyum jika mengingat kesepakatan yang ku buat dengan sahabat-sahabatku dari
kecil itu. Asal kalian tahu! 3 days promise kami itu jarang sekali atau mungkin
tidak pernah terpakai karena kami tidak pernah bermasalah.
“woy, fy!
Ngelamun aja! Ngelamunin gue ya, hehe,” rio membuyarkan lamunanku.
“iya, gue
ngelamunin lo pake dress sama high heels,” jawab ku asal.
“sompret lu,” rio
menoyorku dan sukses membuatku mrengut.
“eciiee, rio
Sekarang sama ify,” sivia mengejekku
“kenapa? Cemburu
ya?” jawabku jutek.
“kalo jutek berarti
beneran!” Gabriel nambahin
“kata siapa?”
jawabku tetep jutek.
“kata rio tuh,”
Gabriel nunjuk-nunjuk rio yang cuek sedari digodain sivia.
“apaan sih? Orang
rio kayak ngomong apa-apa!” ujarku membela diri.
“rio emang nggak
ngomong di mulut tapi di hati,” Gabriel menambahkan lalu kembali ke mejanya.
Aku cuek saja dengan perkataan Gabriel tadi.
“kalo menurut gue
omongan iel tadi ada benernya sih fy!” ujar sivia saat pelajaran berlangsung.
Aku langsung
menoleh padanya padahal aku sedang mencatat materi yang diberikan bu winda.
“hmm, iyalah! Lo
kan pacarnya,” bales gue.
“bukan gitu,
mungkin rio nggak ngomong tapi siapa tahu dalem hati tereak-tereak kalo suka
sama lo!” bisik sivia. Entah Cuma perasaanku apa bukan tapi sepertinya eritrositku berkumpul di pipi sehingga
menyebabkan efek kemerah-merahan di pipiku.
“fy, kok pipi lo merah?”
tanya sivia kebingunga
“eh, masa? Oh!
Aku kepanasan, biasa gue sama adek gue, acha kalo kepanasan pipi kita
merah,”aku berusaha ngeles. Sivia Cuma manggut manggut sempat ku lihat dia akan
menghujaniku dengan pertanyaan tapi untunglah bel pulang menyelamatkanku.
^ ^ ^
Aku semakin gelisah menunggu mobil jemputanku yang tak kunjung datang,
sampai aku mendapat sms dari mama bahwa sopirku sedang mengantar adikku les
balet, hal ini sukses membuatku suntuk.
“cewek, bareng gue mau nggak?” tanya rio centil
“bareng lo? Terjamin nggak,” balasku meragukannya.
“eh, jangan salah ya, dulu waktu masih sd lo sering nebeng siapa? Aman gak
waktu itu,?” ujar rio. Aku berpikir sebentar
“tapi kan waktu itu masih kecil,” sanggahku.
“yaudah kalo nggak mau, gue cabut dulu, bye ify, selamat nunggu :P,” pamit
rio lalu tancap gas
meninggalkanku
“riooo, tunggguuu!! Gue nebeng!!” teriak gue akhirnya.
Rio menghentikan motornya, dan aku segera berlari menghampirinya.
“buruan,” perintah rio. Gue Cuma manyun lalu naik ke motor rio.
“pegangan, fy!” perintahnya lagi.
“itu mau lo,” dengus gue kesel. Tapi kelihatannya rio cuek saja dan rio pun
mengantarku pulang kerumah.
“makasih, mario stevano aditya haling,” ucapku manis saat sampai di depan
rumahku.
“sama-sama, alyssa!” balas rio sambil tersenyum.
“mampir yo?” tawarku padanya.
“nggak, fy! Kapan-kapan, gue pulang dulu ya, fy! ,” pamit rio. Aku
mengangguk.
“bye, rio,” lirihku saat rio mulai menjauh dari rumahku. Kok kayaknya gue
nggak ikhlas ya rio pulang, eh apa gue bilang barusan?? Eh, ify sadar, fy
sadar! Rio itu sahabat lo, sahabat!
^-^-^
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku, lalu ku raih handphoneku
yang kebetulan di atas bantal.
1 message received
From: riorio
Ipy, woy! :) :)
To: riorio
Apa?
Aku bingung mendapati sms rio itu, ya maklumlah rio nggak pernah sms aku,
kecuali tanya pr ato tugas.
Drrtt.. drrtt. Hp ku bergetar
From: riorio
Apa ya? Lagi apa fy?
Aku mengernyitkan keningku, rio baru pertama kali sms aku untuk menanyakan
hal sepele macam ini
To: riorio
Nothing to do
Setelah itu rio nggak membalas smsku. Aku agak kecewa sih, padahal aku
masih ingin sms banyak sama rio.
Tok, tok, tok
“non, non ify! Ada den rio nyariin non,” panggil bi ijah.
“eh, iya, bi! Suruh nunggu bentar ya,bi!” jawabku. Aku segera keluar kamar
untuk menemui rio.
“hai, rio! Tumben main!” sapaku padanya. Rio tersenyum manis. Dan degg,
jantungku berdebar 100 kali lebih cepat, ‘apaan nih? Jantung gue bocor! Tuhan
tolong,’ batinku.
“ehm, kita ke taman belakang aja yuk, yo!” ajakku. rio menurut lalu
mengekorku ke taman belakang.
“ada angin apa lo main kesini,?” tanyaku lagi.
“kok lo nanya gitu terus sih fy? Gue ga boleh ya main ke sini? Yaudah deh
gue pulang,” ujar rio lalu berdiri.
“eitts,, siapa bilang, lo boleh kok main kesini,” ujarku menahan rio pergi.
“ada yang nggak rela nih gue pergi, hehe!” statement rio itu langsung
membuat pipiku memerah, aku harap rio tidak sedang melihat pipiku yang semerah
tomat ini.
“apasih lo,” ujarku menoyor rio sambil manyun. Rio hanya terkekeh, lalu
kami ngobrol panjang lebar.
Dan aku merasa sangat nyaman ngobrol dengan rio, mungkin karena kami
sama-sama cerewet jadi kami tidak kehabisan bahan obrolan, atau mungkin karena
aku dan rio memang jodoh ya? Hehe, sudahlah fy, kamu nggak usah berkhayal.
“fy, loe inget kapan kita ngobrol kayak gini?” tanya rio.
“umm, kapan ya? Gue rasa udah lama banget, gue sampe nggak inget,” jawabku
sambil nyengir. Rio mengangguk-angguk. Aku kemudian berfikir, benar juga apa kata rio, aku nggak pernah
ngobrol ‘empat mata’ dengan rio sejak aku SMP dan mulai dekat dengan sivia.
Akhirnya aku dan rio terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
“kok diem,” tanyaku akhirnya.
“gatau, abis lo diem sih!” rio nyolot.
“eh, gue diem gara-gara lo diem tau!” gue mulai ngeluarin senjata nyolot
gue.
“elo,”
“elo,”
“elo,”
“stoopppp,” teriak acha, yang rupanya udah pulang. Kontan aku dan rio
langsung melototin acha.
“apa lo pada liat-liat, kalo pacaran jangan sering berantem, putus loh
ntar,” komentar acha yang langsung kuhujani dengan sandal jepitku.
“iyedah, gue pergi! Yang pacaran gak mau diganggu,” ujar acha sambil
melempar balik sendal sendalku. Rio Cuma ngakak liat perang sandal antar aku
dan acha.
“yaudah deh, fy! Udah sore ni, gue pulang ya,” pamit rio.
‘yah, yo jangan pulang, gue masih mau ngobrol sama lo,’ batinku.
“hmm, iyedah! Pulang sono,” usirku walau sebenernya aku gak mau rio pulang.
Rio Cuma mengacak rambutku lalu berlari ke luar rumah dan aku mengejarnya.
“ati-ati, item!” teriakku ke rio. Rio hanya membalasnya dengan klakson
motornya.
^^^
“ya ampun via, lo tahu nggak? Gue seneng banget tahu, aaaa, ga pernah gue
seseneng ini,” ujarku ke sivia via telepon.
“iyedah, yang lagi jatuh cinta,” balas via.
“apa lo bilang vi? Jatuh cinta? Iya juga kali, ya ,” balasku.
“iya,iya!udah dulu ya, fy. Aku mau ngerjain tugas nih, byee,”
Tuuuttt, ttuuuuutt,, tttuuuut sambungan terputus.
Aku membanting tubuhku ke kasur yang empuk, lalu menutup mata dan bayang
rio hadir dalam bayanganku.
“aaaa, riooo lo cakep banget sih,” teriakku dalam hati. Lalu akupun
terlelap dan bayang riopun ku bawa dalam mimpiku malam ini.
^^^
“pagi, fy!” sapa rio saat aku memasuki kelas.
“pagi,yo!” balasku sambil tersenyum.
“eheemm,” sivia berdehem saat aku meletakkan tasku di sebelahnya.
“apa sih lo, vi?” tanyaku sewot.
“gitu aja marah,fy! Ntar diambil orang loh, haha,” ledek sivia.
“ih, via mah gitu,” ujarku ngambek.
“eh, jelek lo kalo gitu, ntar bener diambil orang loh,” sivia lagi-lagi
meledek. Aku tersenyum maksa, ya biar sivia diem nggak ngomong diambil orang
diambil orang melulu.
Hari demi hari aku dan rio semakin dekat, tiap hari kami berangkat dan
pulang sekolah bareng, rio sering main ke rumah, ngajak aku jalan-meskipun
bareng sivia dan gabriel-, dan banyak lagi aktivitas yang kami lakukan berdua.
Dan itu sepertinya membuatku jatuh cinta padanya .
^ ^ ^
“ayolah, cepetan bel!” ujarku pelan sambil
sesekali melirik jam dinding kelasku. Saat ini, pelajaran yang diberikan pak
duta tak ada yang masuk ke otakku, aku sibuk melirik jam dan mematangkan
rencanaku untuk memata-matai rio pulang sekolah nanti.
“alyssa, kamu kerjakan soal nomor 2 sekarang,”
perintah pak duta. Matilah aku, aku tak memperhatikan pak duta selama 2 jam
pelajarannya tadi. Aku mengangguk pasrah dan beranjak dari tempat dudukku. Ku
lihat sivia menatapku cemas, sepertinya dia tahu aku nggak merhatiin, dan
tatepannya ke gue bilang, ‘fy, ini lo ambil buku gue, gue udah kerjain kok,
fy,’ tapi aku menggeleng dan melenggang ke depan kelas.
Tapi baru saja aku membuka tutup spidol, bel
pulang menyelamatkanku dari soal nomor 2 pak duta. Pak duta lalu
mengisyaratkanku untuk kembali ke tempat dudukku, lalu memperbolehkan kami
pulang.
“via, gue duluan ya, bye!” ujarku sambil
melambaikan tangan, sivia membalasnya dengan tatapan bingung, memang aku tak
memberitahunya tentang rencana memata-matai rio. Aku sibuk mencari-cari rio di
parkiran namun sama sekali tak ku lihat rio. Lalu aku berlari ke halte depan
sekolah, dan rio disana tengah menenteng sesuatu. akupun berlari menuju halte
dan mengikuti setiap langkah rio.
Rio turun disebuah kafe dan aku juga tentunya. Aku
bertanya-tanya apa yang rio lakukan di kafe itu. Tak berapa lama, rio masuk ke
kafe itu bersama seorang cewek item manis.
‘deg.’ Jantungku tak karuan melihat rio dengan
cewek itu, aku memutuskan untuk pulang, aku nggak sanggup kalo harus ngeliat
rio berduaan sama cewek tadi. Tapi rasa penasaranku bilang aku harus tetep
ngikutin rio. Dan rasa penasaranku menang, aku tetap berdiri di depan kafe
menunggu rio keluar dari kafe tersebut.
15 menit sudah aku berdiri di depan kafe menunggu
rio, aku mulai bosan dan aku berpikir untuk pulang saja. Baru saja aku
melangkah menuju halte di depan kafe, rio keluar dengan cewek tadi. Mereka
sepertinya menuju ke suatu tempat, tentu saja aku mengabaikan niatku untuk
pulang dan menguntit mereka.
“yo, ini hari terindah di hidup gue,” ujar gadis
itu kepada rio. Mereka sedang duduk di bangku taman dekat kafe yang tadi. Rio
hanya memamerkan senyum manisnya menanggapi cewek itu. Lalu mereka
bercakap-cakap, mereka sangat sangat sangat akrab, aku nggak sanggup kalo harus
mereka berduaan disana. Tak terasa butiran kristal itu jatuh perlahan di
pipiku.
“yo, thanks for all,” ujar cewek itu.
“your welcome, princess dea,” balas rio. Telingaku
benar-benar panas mendengarnya. Air mataku semakin jatuh, apalagi dea memeluk
rio dan rio membalasnya, aku benar benar nggak kuat ngeliatnya. aku mundur
beberapa langkah dan bersiap meninggalkan semak-semak tempat aku menguntit
mereka.
KROSSAKK ,
sial! Aku menginjak ranting pohon dan menyebabkan rio dan dea melihat ke
arahku.
“ify?” teriak rio bingung, namun aku malah berlari
meninggalkannya dan rio mengejarku.
“ify,” panggil rio lembut sambil menahan lenganku.
“lo ngapain disini?” tanya rio.
“bukan urusan lo!” jawabku.
“dan kenapa lo nangis?” tanyanya lagi.
“lo bisa tanya sama diri lo sendiri, makasih, yo!
Atas semua harapan lo ke gue!” ujarku sambil berusaha melepas tanganku dari
genggaman rio.
“wait, wait! Gue bisa jelasin, fy!” jawabnya.
“jelasin apa? Jelasin kalo lo tuh udah resmi sama
dea, oke, fine!” balasku
“lo jangan asal ngomong,fy! Gue bisa jelasin ini
baik-baik,” ujarnya lagi.
“apa? Ga ada yang perlu dijelasin, percuma lo
jelasin, malah bikin gue sakit hati doang!” bentakku lalu melepas tanganku dari
genggaman rio.
^ ^ ^
Di sekolah, aku sama sekali tidak bicara dengan rio, akhirnya di jam kosong kali ini, aku memberanikan diri ngajak dia
ngomong.
“yo, lo kenapa? Kok dari tadi diem?” tanyaku.
“lo bisa tanya sama diri lo sendiri!” balasnya
sama sekali tak melihat ke arahku. Aku mengernyitkan kening,
“tunggu, pasti yang kemarin! Gue bisa jelasin yo,”
ujarku.
“ga ada yang perlu dijelasin, percuma lo jelasin
itu malah bikin gue tambah sakit hati!” ujari rio sambil beranjak dari tempat
duduknya. Tak terasa air mataku jatuh begitu saja.
“ify?” sivia memelukku. Aku menangis disana,
“apa yang mesti gue lakuin?” tanyaku dalam tangis.
“minta maaf, fy! 3 days promise, ingat? Ujar
sivia. Aku mengangguk pelan. ‘3 days promise, 3 days promise, semoga gue bisa
gunain kesempatan itu sebaik mungkin,’ batinku.
Keesokan harinya aku berusaha minta maaf ke rio,
tapi rio selalu menghindar saat aku mendekatinya. Pulang sekolah, aku segera
menuju ke parkiran menunggu rio.
“nah, itu rio!” teriakku girang saat melihat rio
hendak keluar dari parkiran dan aku langsung mengejarnya
“rio, stooop!! Plis, gue mau ngomong,” ujarku
sambil menghadangnya.
“mau ngomong apa lo?” jawabnya datar. Aku terdiam
sejenak dan mulai menghela napas panjang.
“rio, gue mau bilang kejadian kemarin lusa itu
diluar kendali gue, gue terlalu emosian, gue terlalu ,, yah terlalu berlebihan
gitu deh, yo terus gue cem..buru ngeliat lo sama dea, eh! Lo lupain aja kata gue
yang terakhir tadi,”ujarku berusaha menjelaskan tapi rio sama sekali nggak peduli.
“lo sebenernya mau ngomong apa? Ga ada intinya
semua! Udah lo pulang sana, ngalangin jalan gue aja lo!” rio membentakku. Aku
tersentak lalu menyingkir dari depan rio dan tak terasa butiran kristal sudah
siap meluncur dari pelupuk mataku.
^ ^ ^
“gue harus ngapain lagi?” ujarku ke sivia. Hari
ini aku menyuruhnya untuk menginap di rumahku lagi.
“lo harus minta maaf,” ujar sivia sambil
memberikan tissue kepadaku.
“mending lo ajak dia ketemuan dimana gitu, kak!
Terus lo minta maaf!” acha tiba-tiba nimbrung.
“dimana? Kafe star aja kali ya?” tanyaku meminta
pendapat.
“jangan!” jawab sivia dan acha kompak.
“terus dimana?”tanyaku.
“di taman masa kecil!” ujar sivia dan acha kompak.
“taman masa kecil? Hmmm, oke!” aku menyetujui usul
sivia dan acha.
“sekarang lo sms rio buat ketemuan besok!” ujar
sivia.
Segera ku raih Hpku yang tergeletak di atas meja
belajarku.
To: riorio
Rio, gue tau lo ga mau ngomong sama gue, ngeliat
gue, ato mgkn lo g mau nerima sms gue :( yo, gue pengen besok kt ktemuan d tmn masa kcl kta plg skolah, gue hrp lo
mw dateng yo :)
Tak berapa lama dateng sms balesan dari rio.
From: riorio
Hmm,
Jawaban singkat, padat, jelas untuk bunyi smsku
yang panjang lebar tadi, dan itu sangat menyesakkan hatiku.
^ ^ ^
30 menit sudah aku menunggu rio di taman masa
kecil, tempat bermain favoritku, rio, via,dan iel waktu kami masih kecil.
“mungkin
rio udah benci sama gue,” batinku sedih.
Aku menyalakan mp3 ku dan ku putar lagu kesukaanku
akhir-akhir ini
Like
fire and rain (like fire and rain)
You
can drop me inside
But
I can’t still mad of you for anything
We
are venus and mars (we’re venus and mars)
We
like different stars
But
you’re the harmony to every song I sing
And
I wouldn’t change a thing
(demi
lovato-joe jonas wouldn’t change a thing)
“hei,” sapa
suara lembut yang lama sekali aku rindukan, rio.
“hei,” balasku
sambil tersenyum. Rio mengangguk, kemudian dia mengambil duduk di sebelahku.
“so, mau ngomong
apa?” tanyanya. Aku menarik nafas sebentar.
“gue kesini mau
minta maaf yo, maaf atas kejadian waktu itu. Maaf, gue udah nguntit lo, maaf
gue udah ngebentak-bentak lo, maaf buat segalanya. Kalau lo sahabat gue yo, gue harap lo mau maafin
gue,” ujarku meminta maaf padanya. 1, 2, 3 tak ada respon sama sekali dari rio.
Aku memberanikan diri menatap rio dan apa hasilnya? Rio beranjak dari duduknya
meninggalkanku tanpa berkata sepatah apapun.
Kristal-kristal
bening itupun menerobos pertahananku. Aku sesenggukan.. harusnya tidak,
harusnya aku tidak peduli yang penting kan aku sudah minta maaf tapi kali ini.
Aku sangat peduli dan aku ingin rio juga peduli. Air mataku semakin deras
mengalir. Aku menjadi semakin menyesal membentak rio, dan aku sangat menyesal,
aku kehilangan rio, sahabatku.
Jreeengggg….
Petikan gitar
berpadu dalam tangisku. Aku mendongak, itu rio membawa gitar mendekatiku. Apa
maksudnya coba? Dia terus berjalan kea rah ku dengan wajah datar.
“gue ga mau lagi
jadi sahabat lo,” ujarnya datar. Dan kontan, isakanku makin keras. Rio mendekat
kemudian menepuk-nepuk bahuku.
“jangan nangis
dong, elo jelek kalo nangis,” ujarnya peduli namun tetap datar. Perlahan aku
mencoba menghentikan isakanku.
“nah, gitu dong,”
ujarnya lagi sambil tetap menepuk bahuku.
“kok kamu baik ?
katanya nggak mau jadi sahabat aku lagi?” Tanyaku polos. Rio berhenti menepuk
pundakku kemudian dia berbisik tepat di telinga kananku, “dengerin ya,”
Darling
I know your heart seen better times
I know our songs had better rhymes
Before today, No
I know your heart seen better times
I know our songs had better rhymes
Before today, No
Darling, I guess I made the wrong
mistakes
I understand if you need your space
Please take your time.
Before you go away, so far away
You need to realize,
I understand if you need your space
Please take your time.
Before you go away, so far away
You need to realize,
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
That’s hurting, yeah
It’s me too
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
That’s hurting, yeah
It’s me too
I’m sorry
I wasn’t there to catch the fall
I didn’t hear you when you called
All of those nights
I wasn’t there to catch the fall
I didn’t hear you when you called
All of those nights
Please don’t forget the good days with
me
I can make back the heartache and grief
When It gets dark and it’s hard to see
I’ll turn on the lights
I can make back the heartache and grief
When It gets dark and it’s hard to see
I’ll turn on the lights
Before you go away, so far away
I really need you to know
I really need you to know
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
That’s hurting
Hey, it’s me too
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
That’s hurting
Hey, it’s me too
I’m not giving up
You don’t have to leave
I am willing to beg till I break my knees
I believe in us
Don’t give up on me
Girl I know that you’re hurting
And I’m sorry for the pain
I promise that I’ll change
Forgive me, forgive me
You don’t have to leave
I am willing to beg till I break my knees
I believe in us
Don’t give up on me
Girl I know that you’re hurting
And I’m sorry for the pain
I promise that I’ll change
Forgive me, forgive me
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
We had it all
How could we fall
Baby I thought we would never die
Don’t let it die
You know it hurts me too
We had it all
How could we fall
Baby I thought we would never die
Don’t let it die
Baby it’s not just you
That’s hurting
It’s me too
That’s hurting
It’s me too
Aku tercengang. Speechless pula. Apa maksud rio bernyanyi untukku ya? Oke,
ify pertanyaan itu jelas tidak perlu dijawab jelas-jelas hanya ada aku dan Rio
disini dan itu berarti lagu tadi buatku ya. Aku tersenyum tipis.
“Ify, apa lagu tadi udah bisa ngejelasin semuanya?” Tanya rio sambil
menatapku dalam. Aku mengangguk, tidak tahu harus berkata apa.
“maafin aku ya Alyssa Saufika Umari, aku nggak bermaksud nyakitin kamu. Yang
kamu liat waktu itu nggak kayak yang kamu pikir. Hari itu ulang tahun dea, dea
itu sepupu aku dan maaf akhir-akhir ini ngejutekin kamu. Kamu mau nggak maafin
aku ?” jelas rio sambil menatapku lekat-lekat. Lagi, aku Cuma mengangguk. Rio
tersenyum lega seiring dengan anggukanku.
“eh, bukannya kamu nggak mau jadi sahabatku lagi,”cerocosku tiba-tiba.
Ekspresi rio berubah seketika, datar seperti tadi. Sial, aku salah ngomong lagi
dan entah karena aku cengeng atau apa, aku menangis lagi.
“o,iya. Gue lupa gue kan nggak mau jadi sahabat lo lagi,” rio memulai
monolognya dan aku masih meneruskan tangisku, konyol memang.
“Gue maunya jadi pacar lo, lo mau nggak?” ujar rio sambil terkekeh pelan dan
menatapku yang masih sesenggukan penuh harap. Aku terkesiap, lalu aku memukul
pundak rio pelan dan ikut terkekeh bersama rio.
“gimana? Mau nggak ? kamu mau aja ya jadi pacar aku, ya pliss,” pinta rio
padaku dengan nada manja, mata elangnya mengerling lucu mirip mata kelinci
membuatku gemas dan membuatku tidak mampu menolak permintaannya.
“iya, aku mau,” jawabku sambil tersenyum.
“terima kasih , ify cantik,” ujarnya seraya memelukku erat. Ku peluk juga
tubuh rio erat, seraya berterimakasih kepada 3 days promise, karenanyalah aku
bisa berdamai dengan Mario dan karenanyalah aku bisa memeluk Mario sekarang dan
semoga selamanya
^^^
hehehe, fan fiction saya yang saya temukan di file-file saya. maaf kalau jelek, masih pemula dan ini tulisan lama waktu smp hehe.
Buat Anisa Rahayu, nih saya udah nulis ff , saya tunggu ff kamu teman :p
Kritik dan saran saya tunggu lhoo :)
much love
@citrapatria on twitter ^^
0 komentar:
Posting Komentar
Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3