Kamis, 27 Desember 2012

3 Days Promise

Untuk Rio dan Ify, ini hanya fiksi kok, hehehehe

check this one out, enjoy :)




^^^
“3 days promise? Apaan tuh?” Tanya sivia, Gabriel, dan rio kompak kepadaku.
“3 days promise itu janji 3 hari,” jawabku santai.
“itu mah, kita juga tahu! Maksudnya apaan?” tanya sivia jengkel.
“maksudnya, kalo kita ada problem ato kita musuhan, marahan! Gaboleh lebih dari 3 hari! Kalo lebih artinya kita bukan sahabat lagi! Dan kalo di hari ketiga kita ga minta maaf, kita bukan sahabat! Gimana? Setuju nggak?” jelasku sambil meminta persetujuan dari ketiga sahabatku. Ku lihat mereka semua tampak berpikir.
“hmm,” Gabriel memecah keheningan.
“aku setuju,” jawab sivia diiringi anggukan Gabriel dan rio.
“oke, 3 days promise,” jawabku sambil mengangkat kelingkingku.
“3 days promise : ),” jawab Gabriel, sivia, dan rio kompak.


* * *

Aku selalu tersenyum jika mengingat kesepakatan yang ku buat dengan sahabat-sahabatku dari kecil itu. Asal kalian tahu! 3 days promise kami itu jarang sekali atau mungkin tidak pernah terpakai karena kami tidak pernah bermasalah.


“woy, fy! Ngelamun aja! Ngelamunin gue ya, hehe,” rio membuyarkan lamunanku.
“iya, gue ngelamunin lo pake dress sama high heels,” jawab ku asal.
“sompret lu,” rio menoyorku dan sukses membuatku mrengut.
“eciiee, rio Sekarang sama ify,” sivia mengejekku
“kenapa? Cemburu ya?” jawabku jutek.
“kalo jutek berarti beneran!” Gabriel nambahin
“kata siapa?” jawabku tetep jutek.
“kata rio tuh,” Gabriel nunjuk-nunjuk rio yang cuek sedari digodain sivia.
“apaan sih? Orang rio kayak ngomong apa-apa!” ujarku membela diri.
“rio emang nggak ngomong di mulut tapi di hati,” Gabriel menambahkan lalu kembali ke mejanya. Aku cuek saja dengan perkataan Gabriel tadi.

“kalo menurut gue omongan iel tadi ada benernya sih fy!” ujar sivia saat pelajaran berlangsung.
Aku langsung menoleh padanya padahal aku sedang mencatat materi yang diberikan bu winda.
“hmm, iyalah! Lo kan pacarnya,” bales gue.
“bukan gitu, mungkin rio nggak ngomong tapi siapa tahu dalem hati tereak-tereak kalo suka sama lo!” bisik sivia. Entah Cuma perasaanku apa bukan tapi sepertinya eritrositku berkumpul di pipi sehingga menyebabkan efek kemerah-merahan di pipiku.
“fy, kok pipi lo merah?” tanya sivia kebingunga
“eh, masa? Oh! Aku kepanasan, biasa gue sama adek gue, acha kalo kepanasan pipi kita merah,”aku berusaha ngeles. Sivia Cuma manggut manggut sempat ku lihat dia akan menghujaniku dengan pertanyaan tapi untunglah bel pulang menyelamatkanku.
^ ^ ^

Aku semakin gelisah menunggu mobil jemputanku yang tak kunjung datang, sampai aku mendapat sms dari mama bahwa sopirku sedang mengantar adikku les balet, hal ini sukses membuatku suntuk.
“cewek, bareng gue mau nggak?” tanya rio centil
“bareng lo? Terjamin nggak,” balasku meragukannya.
“eh, jangan salah ya, dulu waktu masih sd lo sering nebeng siapa? Aman gak waktu itu,?” ujar rio. Aku berpikir sebentar
“tapi kan waktu itu masih kecil,” sanggahku.
“yaudah kalo nggak mau, gue cabut dulu, bye ify, selamat nunggu :P,” pamit rio lalu tancap gas meninggalkanku
“riooo, tunggguuu!! Gue nebeng!!” teriak gue akhirnya.
Rio menghentikan motornya, dan aku segera berlari menghampirinya.
“buruan,” perintah rio. Gue Cuma manyun lalu naik ke motor rio.
“pegangan, fy!” perintahnya lagi.
“itu mau lo,” dengus gue kesel. Tapi kelihatannya rio cuek saja dan rio pun mengantarku pulang kerumah.

“makasih, mario stevano aditya haling,” ucapku manis saat sampai di depan rumahku.
“sama-sama, alyssa!” balas rio sambil tersenyum.
“mampir yo?” tawarku padanya.
“nggak, fy! Kapan-kapan, gue pulang dulu ya, fy! ,” pamit rio. Aku mengangguk.
“bye, rio,” lirihku saat rio mulai menjauh dari rumahku. Kok kayaknya gue nggak ikhlas ya rio pulang, eh apa gue bilang barusan?? Eh, ify sadar, fy sadar! Rio itu sahabat lo, sahabat!

^-^-^

Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku, lalu ku raih handphoneku yang kebetulan di atas bantal.
1 message received

From: riorio
Ipy, woy! :) :)

To: riorio
Apa?
Aku bingung mendapati sms rio itu, ya maklumlah rio nggak pernah sms aku, kecuali tanya pr ato tugas.

Drrtt.. drrtt. Hp ku bergetar
From: riorio
Apa ya? Lagi apa fy?

Aku mengernyitkan keningku, rio baru pertama kali sms aku untuk menanyakan hal sepele macam ini

To: riorio
Nothing to do

Setelah itu rio nggak membalas smsku. Aku agak kecewa sih, padahal aku masih ingin sms banyak sama rio.
Tok, tok, tok
“non, non ify! Ada den rio nyariin non,” panggil bi ijah.
“eh, iya, bi! Suruh nunggu bentar ya,bi!” jawabku. Aku segera keluar kamar untuk menemui rio.

“hai, rio! Tumben main!” sapaku padanya. Rio tersenyum manis. Dan degg, jantungku berdebar 100 kali lebih cepat, ‘apaan nih? Jantung gue bocor! Tuhan tolong,’ batinku.
“ehm, kita ke taman belakang aja yuk, yo!” ajakku. rio menurut lalu mengekorku ke taman belakang.

“ada angin apa lo main kesini,?” tanyaku lagi.
“kok lo nanya gitu terus sih fy? Gue ga boleh ya main ke sini? Yaudah deh gue pulang,” ujar rio lalu berdiri.
“eitts,, siapa bilang, lo boleh kok main kesini,” ujarku menahan rio pergi.
“ada yang nggak rela nih gue pergi, hehe!” statement rio itu langsung membuat pipiku memerah, aku harap rio tidak sedang melihat pipiku yang semerah tomat ini.
“apasih lo,” ujarku menoyor rio sambil manyun. Rio hanya terkekeh, lalu kami ngobrol panjang lebar.

Dan aku merasa sangat nyaman ngobrol dengan rio, mungkin karena kami sama-sama cerewet jadi kami tidak kehabisan bahan obrolan, atau mungkin karena aku dan rio memang jodoh ya? Hehe, sudahlah fy, kamu nggak usah berkhayal.
“fy, loe inget kapan kita ngobrol kayak gini?” tanya rio.
“umm, kapan ya? Gue rasa udah lama banget, gue sampe nggak inget,” jawabku sambil nyengir. Rio mengangguk-angguk. Aku kemudian berfikir, benar juga apa kata rio, aku nggak pernah ngobrol ‘empat mata’ dengan rio sejak aku SMP dan mulai dekat dengan sivia.
Akhirnya aku dan rio terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
“kok diem,” tanyaku akhirnya.
“gatau, abis lo diem sih!” rio nyolot.
“eh, gue diem gara-gara lo diem tau!” gue mulai ngeluarin senjata nyolot gue.
“elo,”
“elo,”
“elo,”
“stoopppp,” teriak acha, yang rupanya udah pulang. Kontan aku dan rio langsung melototin acha.
“apa lo pada liat-liat, kalo pacaran jangan sering berantem, putus loh ntar,” komentar acha yang langsung kuhujani dengan sandal jepitku.
“iyedah, gue pergi! Yang pacaran gak mau diganggu,” ujar acha sambil melempar balik sendal sendalku. Rio Cuma ngakak liat perang sandal antar aku dan acha.
“yaudah deh, fy! Udah sore ni, gue pulang ya,” pamit rio.
‘yah, yo jangan pulang, gue masih mau ngobrol sama lo,’ batinku.
“hmm, iyedah! Pulang sono,” usirku walau sebenernya aku gak mau rio pulang. Rio Cuma mengacak rambutku lalu berlari ke luar rumah dan aku mengejarnya.
“ati-ati, item!” teriakku ke rio. Rio hanya membalasnya dengan klakson motornya.

^^^

“ya ampun via, lo tahu nggak? Gue seneng banget tahu, aaaa, ga pernah gue seseneng ini,” ujarku ke sivia via telepon.
“iyedah, yang lagi jatuh cinta,” balas via.
“apa lo bilang vi? Jatuh cinta? Iya juga kali, ya ,” balasku.
“iya,iya!udah dulu ya, fy. Aku mau ngerjain tugas nih, byee,”
Tuuuttt, ttuuuuutt,, tttuuuut sambungan terputus.

Aku membanting tubuhku ke kasur yang empuk, lalu menutup mata dan bayang rio hadir dalam bayanganku.
“aaaa, riooo lo cakep banget sih,” teriakku dalam hati. Lalu akupun terlelap dan bayang riopun ku bawa dalam mimpiku malam ini.
^^^
“pagi, fy!” sapa rio saat aku memasuki kelas.
“pagi,yo!” balasku sambil tersenyum.
“eheemm,” sivia berdehem saat aku meletakkan tasku di sebelahnya.
“apa sih lo, vi?” tanyaku sewot.
“gitu aja marah,fy! Ntar diambil orang loh, haha,” ledek sivia.
“ih, via mah gitu,” ujarku ngambek.
“eh, jelek lo kalo gitu, ntar bener diambil orang loh,” sivia lagi-lagi meledek. Aku tersenyum maksa, ya biar sivia diem nggak ngomong diambil orang diambil orang melulu.

Hari demi hari aku dan rio semakin dekat, tiap hari kami berangkat dan pulang sekolah bareng, rio sering main ke rumah, ngajak aku jalan-meskipun bareng sivia dan gabriel-, dan banyak lagi aktivitas yang kami lakukan berdua. Dan itu sepertinya membuatku jatuh cinta padanya .



^ ^ ^
“ayolah, cepetan bel!” ujarku pelan sambil sesekali melirik jam dinding kelasku. Saat ini, pelajaran yang diberikan pak duta tak ada yang masuk ke otakku, aku sibuk melirik jam dan mematangkan rencanaku untuk memata-matai rio pulang sekolah nanti.

“alyssa, kamu kerjakan soal nomor 2 sekarang,” perintah pak duta. Matilah aku, aku tak memperhatikan pak duta selama 2 jam pelajarannya tadi. Aku mengangguk pasrah dan beranjak dari tempat dudukku. Ku lihat sivia menatapku cemas, sepertinya dia tahu aku nggak merhatiin, dan tatepannya ke gue bilang, ‘fy, ini lo ambil buku gue, gue udah kerjain kok, fy,’ tapi aku menggeleng dan melenggang ke depan kelas.
Tapi baru saja aku membuka tutup spidol, bel pulang menyelamatkanku dari soal nomor 2 pak duta. Pak duta lalu mengisyaratkanku untuk kembali ke tempat dudukku, lalu memperbolehkan kami pulang.

“via, gue duluan ya, bye!” ujarku sambil melambaikan tangan, sivia membalasnya dengan tatapan bingung, memang aku tak memberitahunya tentang rencana memata-matai rio. Aku sibuk mencari-cari rio di parkiran namun sama sekali tak ku lihat rio. Lalu aku berlari ke halte depan sekolah, dan rio disana tengah menenteng sesuatu. akupun berlari menuju halte dan mengikuti setiap langkah rio.

Rio turun disebuah kafe dan aku juga tentunya. Aku bertanya-tanya apa yang rio lakukan di kafe itu. Tak berapa lama, rio masuk ke kafe itu bersama seorang cewek item manis.
‘deg.’ Jantungku tak karuan melihat rio dengan cewek itu, aku memutuskan untuk pulang, aku nggak sanggup kalo harus ngeliat rio berduaan sama cewek tadi. Tapi rasa penasaranku bilang aku harus tetep ngikutin rio. Dan rasa penasaranku menang, aku tetap berdiri di depan kafe menunggu rio keluar dari kafe tersebut.

15 menit sudah aku berdiri di depan kafe menunggu rio, aku mulai bosan dan aku berpikir untuk pulang saja. Baru saja aku melangkah menuju halte di depan kafe, rio keluar dengan cewek tadi. Mereka sepertinya menuju ke suatu tempat, tentu saja aku mengabaikan niatku untuk pulang dan menguntit mereka.

“yo, ini hari terindah di hidup gue,” ujar gadis itu kepada rio. Mereka sedang duduk di bangku taman dekat kafe yang tadi. Rio hanya memamerkan senyum manisnya menanggapi cewek itu. Lalu mereka bercakap-cakap, mereka sangat sangat sangat akrab, aku nggak sanggup kalo harus mereka berduaan disana. Tak terasa butiran kristal itu jatuh perlahan di pipiku.

“yo, thanks for all,” ujar cewek itu.
“your welcome, princess dea,” balas rio. Telingaku benar-benar panas mendengarnya. Air mataku semakin jatuh, apalagi dea memeluk rio dan rio membalasnya, aku benar benar nggak kuat ngeliatnya. aku mundur beberapa langkah dan bersiap meninggalkan semak-semak tempat aku menguntit mereka.

KROSSAKK , sial! Aku menginjak ranting pohon dan menyebabkan rio dan dea melihat ke arahku.
“ify?” teriak rio bingung, namun aku malah berlari meninggalkannya dan rio mengejarku.
“ify,” panggil rio lembut sambil menahan lenganku.
“lo ngapain disini?” tanya rio.
“bukan urusan lo!” jawabku.
“dan kenapa lo nangis?” tanyanya lagi.
“lo bisa tanya sama diri lo sendiri, makasih, yo! Atas semua harapan lo ke gue!” ujarku sambil berusaha melepas tanganku dari genggaman rio.
“wait, wait! Gue bisa jelasin, fy!” jawabnya.
“jelasin apa? Jelasin kalo lo tuh udah resmi sama dea, oke, fine!” balasku
“lo jangan asal ngomong,fy! Gue bisa jelasin ini baik-baik,” ujarnya lagi.
“apa? Ga ada yang perlu dijelasin, percuma lo jelasin, malah bikin gue sakit hati doang!” bentakku lalu melepas tanganku dari genggaman rio.

^ ^ ^

Di sekolah, aku sama sekali tidak bicara dengan rio, akhirnya di jam kosong kali ini, aku memberanikan diri ngajak dia ngomong.
“yo, lo kenapa? Kok dari tadi diem?” tanyaku.
“lo bisa tanya sama diri lo sendiri!” balasnya sama sekali tak melihat ke arahku. Aku mengernyitkan kening,
“tunggu, pasti yang kemarin! Gue bisa jelasin yo,” ujarku.
“ga ada yang perlu dijelasin, percuma lo jelasin itu malah bikin gue tambah sakit hati!” ujari rio sambil beranjak dari tempat duduknya. Tak terasa air mataku jatuh begitu saja.
“ify?” sivia memelukku. Aku menangis disana,
“apa yang mesti gue lakuin?” tanyaku dalam tangis.
“minta maaf, fy! 3 days promise, ingat? Ujar sivia. Aku mengangguk pelan. ‘3 days promise, 3 days promise, semoga gue bisa gunain kesempatan itu sebaik mungkin,’ batinku.

Keesokan harinya aku berusaha minta maaf ke rio, tapi rio selalu menghindar saat aku mendekatinya. Pulang sekolah, aku segera menuju ke parkiran menunggu rio.
“nah, itu rio!” teriakku girang saat melihat rio hendak keluar dari parkiran dan aku langsung mengejarnya
“rio, stooop!! Plis, gue mau ngomong,” ujarku sambil menghadangnya.
“mau ngomong apa lo?” jawabnya datar. Aku terdiam sejenak dan mulai menghela napas panjang.
“rio, gue mau bilang kejadian kemarin lusa itu diluar kendali gue, gue terlalu emosian, gue terlalu ,, yah terlalu berlebihan gitu deh, yo terus gue cem..buru ngeliat lo sama dea, eh! Lo lupain aja kata gue yang terakhir tadi,”ujarku berusaha menjelaskan tapi rio sama sekali nggak peduli.
“lo sebenernya mau ngomong apa? Ga ada intinya semua! Udah lo pulang sana, ngalangin jalan gue aja lo!” rio membentakku. Aku tersentak lalu menyingkir dari depan rio dan tak terasa butiran kristal sudah siap meluncur dari pelupuk mataku.

^ ^ ^
“gue harus ngapain lagi?” ujarku ke sivia. Hari ini aku menyuruhnya untuk menginap di rumahku lagi.
“lo harus minta maaf,” ujar sivia sambil memberikan tissue kepadaku.
“mending lo ajak dia ketemuan dimana gitu, kak! Terus lo minta maaf!” acha tiba-tiba nimbrung.
“dimana? Kafe star aja kali ya?” tanyaku meminta pendapat.
“jangan!” jawab sivia dan acha kompak.
“terus dimana?”tanyaku.
“di taman masa kecil!” ujar sivia dan acha kompak.
“taman masa kecil? Hmmm, oke!” aku menyetujui usul sivia dan acha.
“sekarang lo sms rio buat ketemuan besok!” ujar sivia.
Segera ku raih Hpku yang tergeletak di atas meja belajarku.

To: riorio
Rio, gue tau lo ga mau ngomong sama gue, ngeliat gue, ato mgkn lo g mau nerima sms gue :( yo, gue pengen besok kt ktemuan d tmn masa kcl kta plg skolah, gue hrp lo mw dateng yo :)

Tak berapa lama dateng sms balesan dari rio.

From: riorio
Hmm,
Jawaban singkat, padat, jelas untuk bunyi smsku yang panjang lebar tadi, dan itu sangat menyesakkan hatiku.

^ ^ ^
30 menit sudah aku menunggu rio di taman masa kecil, tempat bermain favoritku, rio, via,dan iel waktu kami masih kecil.
 “mungkin rio udah benci sama gue,” batinku sedih.
Aku menyalakan mp3 ku dan ku putar lagu kesukaanku akhir-akhir ini
Like fire and rain (like fire and rain)
You can drop me inside
But I can’t still mad of you for anything
We are venus and mars (we’re venus and mars)
We like different stars
But you’re the harmony to every song I sing
And I wouldn’t change a thing
(demi lovato-joe jonas wouldn’t change a thing)

“hei,” sapa suara lembut yang lama sekali aku rindukan, rio.
“hei,” balasku sambil tersenyum. Rio mengangguk, kemudian dia mengambil duduk di sebelahku.
“so, mau ngomong apa?” tanyanya. Aku menarik nafas sebentar.
“gue kesini mau minta maaf yo, maaf atas kejadian waktu itu. Maaf, gue udah nguntit lo, maaf gue udah ngebentak-bentak lo, maaf buat segalanya. Kalau  lo sahabat gue yo, gue harap lo mau maafin gue,” ujarku meminta maaf padanya. 1, 2, 3 tak ada respon sama sekali dari rio. Aku memberanikan diri menatap rio dan apa hasilnya? Rio beranjak dari duduknya meninggalkanku tanpa berkata sepatah apapun.

Kristal-kristal bening itupun menerobos pertahananku. Aku sesenggukan.. harusnya tidak, harusnya aku tidak peduli yang penting kan aku sudah minta maaf tapi kali ini. Aku sangat peduli dan aku ingin rio juga peduli. Air mataku semakin deras mengalir. Aku menjadi semakin menyesal membentak rio, dan aku sangat menyesal, aku kehilangan rio, sahabatku.

Jreeengggg….
Petikan gitar berpadu dalam tangisku. Aku mendongak, itu rio membawa gitar mendekatiku. Apa maksudnya coba? Dia terus berjalan kea rah ku dengan wajah datar.

“gue ga mau lagi jadi sahabat lo,” ujarnya datar. Dan kontan, isakanku makin keras. Rio mendekat kemudian menepuk-nepuk bahuku.
“jangan nangis dong, elo jelek kalo nangis,” ujarnya peduli namun tetap datar. Perlahan aku mencoba menghentikan isakanku.
“nah, gitu dong,” ujarnya lagi sambil tetap menepuk bahuku.
“kok kamu baik ? katanya nggak mau jadi sahabat aku lagi?” Tanyaku polos. Rio berhenti menepuk pundakku kemudian dia berbisik tepat di telinga kananku, “dengerin ya,”
Darling
I know your heart seen better times
I know our songs had better rhymes
Before today, No
Darling, I guess I made the wrong mistakes
I understand if you need your space
Please take your time.
Before you go away, so far away
You need to realize,
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
That’s hurting, yeah
It’s me too
I’m sorry
I wasn’t there to catch the fall
I didn’t hear you when you called
All of those nights
Please don’t forget the good days with me
I can make back the heartache and grief
When It gets dark and it’s hard to see
I’ll turn on the lights
Before you go away, so far away
I really need you to know
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
That’s hurting
Hey, it’s me too
I’m not giving up
You don’t have to leave
I am willing to beg till I break my knees
I believe in us
Don’t give up on me
Girl I know that you’re hurting
And I’m sorry for the pain
I promise that I’ll change
Forgive me, forgive me
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
Watching you leave with tears on you sleeve
Don’t you notice that mine aren’t exactly dry!
Baby it’s not just you
You know it hurts me too
We had it all
How could we fall
Baby I thought we would never die
Don’t let it die
Baby it’s not just you
That’s hurting
It’s me too
Aku tercengang. Speechless pula. Apa maksud rio bernyanyi untukku ya? Oke, ify pertanyaan itu jelas tidak perlu dijawab jelas-jelas hanya ada aku dan Rio disini dan itu berarti lagu tadi buatku ya. Aku tersenyum tipis.
“Ify, apa lagu tadi udah bisa ngejelasin semuanya?” Tanya rio sambil menatapku dalam. Aku mengangguk, tidak tahu harus berkata apa.
“maafin aku ya Alyssa Saufika Umari, aku nggak bermaksud nyakitin kamu. Yang kamu liat waktu itu nggak kayak yang kamu pikir. Hari itu ulang tahun dea, dea itu sepupu aku dan maaf akhir-akhir ini ngejutekin kamu. Kamu mau nggak maafin aku ?” jelas rio sambil menatapku lekat-lekat. Lagi, aku Cuma mengangguk. Rio tersenyum lega seiring dengan anggukanku.
“eh, bukannya kamu nggak mau jadi sahabatku lagi,”cerocosku tiba-tiba. Ekspresi rio berubah seketika, datar seperti tadi. Sial, aku salah ngomong lagi dan entah karena aku cengeng atau apa, aku menangis lagi.
“o,iya. Gue lupa gue kan nggak mau jadi sahabat lo lagi,” rio memulai monolognya dan aku masih meneruskan tangisku, konyol memang.
“Gue maunya jadi pacar lo, lo mau nggak?” ujar rio sambil terkekeh pelan dan menatapku yang masih sesenggukan penuh harap. Aku terkesiap, lalu aku memukul pundak rio pelan dan ikut terkekeh bersama rio.
“gimana? Mau nggak ? kamu mau aja ya jadi pacar aku, ya pliss,” pinta rio padaku dengan nada manja, mata elangnya mengerling lucu mirip mata kelinci membuatku gemas dan membuatku tidak mampu menolak permintaannya.
“iya, aku mau,” jawabku sambil tersenyum.
“terima kasih , ify cantik,” ujarnya seraya memelukku erat. Ku peluk juga tubuh rio erat, seraya berterimakasih kepada 3 days promise, karenanyalah aku bisa berdamai dengan Mario dan karenanyalah aku bisa memeluk Mario sekarang dan semoga selamanya
^^^
hehehe, fan fiction saya yang saya temukan di file-file saya. maaf kalau jelek, masih pemula dan ini tulisan lama waktu smp hehe.
Buat Anisa Rahayu, nih saya udah nulis ff , saya tunggu ff kamu teman :p
Kritik dan saran saya tunggu lhoo :)
much love
@citrapatria on twitter ^^


0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang