Sabtu, 21 Juni 2014

Melted [10]

Hallooo, Melted stalkers *eh*
Kembali nih dengan cerita yang unyu-unyu (?) ini, haha.
Ada yang penasaran sama kelanjutannya gak? wk.
Oke, cukup basa-basinya.

Ini, part 10nya.
Monggo....
Happy reading, Fellas :)

Tanda * untuk flashback ya ^^



PART 10
Ketika semua orang benar-benar jatuh cinta…
                Shilla melambaikan tangannya pada pemuda yang baru saja mengantarnya pulang. Dengan senyum yang masih melekat di wajah bulatnya, gadis itu masuk ke rumah. Baru kali ini ia merasa jantungnya melompat-lompat berada di sebelah cowok.
                “Oh My? I’m in love, aren’t I?” gumam Shilla pada dirinya sendiri. Gadis itu menggeleng, tidak ia tidak jatuh cinta hanya sedang kasmaran, apa bedanya eh?
                “Mah, liat nih Mbash senyum-senyum sendiri,” adu Acha pada sang Ibu saat Shilla masuk ke ruang makan dengan tampang sumringah. Mama tersenyum kecil.
                “Biarlah, Cha! Mungkin kakakmu lagi kayak cewek-cewek yang di FTV itu lho… jatuh cinta,” jawab Mama sambil tersenyum jahil pada Shilla. Acha mencibir pelan sementara Shilla tersipu mendengar perkataan Mama.
                “Ganti baju sana, Shill” perintah mama. Shilla pun segera menuju kamarnya masih dengan senyum yang terbingkai manis di wajahnya. Acha memutar bola matanya malas melihat kelakuan saudarinya itu.

[]
                Potongan sebelumnya, Shilla nampaknya bahagia entah karena apa. Di sisi yang lain, Ify, gadis yang mengorbankan perasaannya untuk Shilla dan pemudanya merasakan hal yang sama. Untuk pertama kalinya, ia bisa tersenyum lepas untuk apa yang Junio sebut bahagia. Walaupun bahagia Rio karena Shilla.
                Alvin yang sore itu menghabiskan waktunya bersama Ify heran.
                “obat abis?” tanya Alvin sambil menyentuh dahi Ify dengan punggung tangannya. Ify menggeleng tentu saja, enak saja habis obat.
                “kangen gue yang abis,” celetuk ify dengan wajah berseri. Alvin menautkan kedua alisnya, ia bingung.
                “gue rasa, rio udah ngebayar semua rasa sakit gue selama ini.” Jelas Ify masih dengan wajah berseri, membuat pesona gadis itu benar-benar terpancar. Alvin menarik sudut bibirnya, Ah Junio bisa membuat Ify bahagia juga ternyata, batin pemuda itu lega. Eh? Kalau Ify saja bisa bahagia karena Rio… berarti Tiara Shilla juga bisa. Alvin menggeleng, tidak, tidak akan. Shilla hanya bahagia dengannya, batinnya posesif. Eh? Belum pacaran saja sudah posesif, Okai Alvin you better now working with no ego :P
                “Alvin, kenapa lo suka Shilla?” tanya Ify. Gadis itu berusaha mengalihkan emosi yang terpancar dari wajah oriental Alvin.
                “Eh?” tanggap Alvin kikuk. Ify menatap Alvin dengan jurus andalannya, puppy eyes. Dengan begini, meskipun rahasia Negara sekalipun Alvin akan menceritakan semuanya pada Ify.
                “Gue suka dia karena dia orang pertama yang memanusiakan gue, Fy.”
                “Dia masih nganggap gue berguna padahal di mata semua orang gue sampah,Fy.” Alvin tersenyum tipis mengingat pertemuan pertamanya dengan Shilla saat masih berseragam putih-biru.
                Alvin yang kala itu adalah paling bengal di sekolahnya tiba-tiba disapa gadis berwajah polos yang dengan kepolosannya bertanya mengapa Alvin tak masuk kelas. Alvin yang tidak pernah suka dengan pertanyaan itupun membentak Shilla –gadis polos itu-. Shilla tidak balas membentak Alvin malah menemani Alvin bolos. Ia bilang kelas memang kadang membosankan. Alvin tak mengacuhkan Shilla meski gadis itu berceloteh ini itu kepadanya. Tapi, pada akhirnya ia berkata pada Alvin, perkataan yang membuat Alvin merasa berarti, merasa kehadiran di dunia tidak sia-sia.
                “Gue tahu lo badung, lo nakal, lo nggak suka aturan. Itu normal menurut gue dan menurut lo juga gitu. Tapi sayang ya, normal itu relatif. Dan parahnya relativitas masing-masing orang nggak bisa disamain ya, Vin. Relativitas itu disatukan dalam yang namanya objektif. Dan semua orang bilang secara objektif lo itu monster. Padahal lo bukan monster, lo Cuma siswa biasa. Orang-orang juga nggak tahu kalau seseram apapun monster, ia masih punya perasaan. Dan perasaan lo terluka kan, vin? Tanpa orang lain tahu, iya kan?  Alvin, if you need a company, I will be then.”
                “Ify, shilla datang nyelametin gue dari apa yang namanya kesepian. Dia membuat gue ngerti kalau hidup gue percuma kalau penuh dendam. Shilla bilang wajah sangar gue kalah jauh sama wajah kalem gue. Gue lebih baik membagi senyum dan sikap baik gue daripada bogem nggak jelas. Dia bilang, cowok emang kerja pakai logika dan nggak jarang main otot, tapi Shilla yakinin gue, a real men use their brain more than use their muscle in solving problems. Shilla itu cahaya yang membawa gue ke hidup gue sekarang ini, dia udah bener-bener ‘mendaur ulang’ gue yang nakal jadi gue yang sekarang, Fy. Jadi, apa gue nggak boleh menyayangi dia sebagai tanda terima kasih gue ke dia, Fy?” Alvin menjawab pertanyaan Ify sambil menerawang. Ify yang disebelahnya melihat satu buliran bening meluncur dari mata sipit Alvin. Ify membatin, memang Shilla lah orang yang membawa Alvin dari seorang bad boy menjadi good boy. Gadis itu dengan sabar membuat Alvin di terima lagi di lingkaran pertemanan semasa SMP. Gadis itulah yang menjadi semangat Alvin. Bahkan, yang ify tahu dari Shilla, ia pernah menengahi masalah Alvin dengan ayahnya yang sempat renggang. Shilla, pantas saja Alvin menyayanginya, di balik ketengilan Shilla, ia punya kepedulian dan hati yang besar.
                “Alvin, lo boleh menyayangi Shilla sampai kapanpun,” ujar Ify. Alvin menoleh, menautkan alis lagi, maksudnya?
                “Gue salah, Alv. Gue salah,” ujar Ify dengan nada bergetar.
                “Kalau gue suka Rio, gue juga harus berjuang ngedapetin dia. Iya, gue akan bantuin dia dengan Shilla tapi di sela-sela itu semua, gue mau nunjukin ke dia kalau gue ada buat dia, Alv. Egois kah?” Ify kini terisak pelan. Alvin menepuk bahunya pelan. Ia mengangguk pelan, Ify benar. Ify harus berjuang, ia pun juga. Setiap orang jika menyayangi seseorang harus berjuang, berusaha bukan hanya mengorbankan diri untuk terluka.
[]

                Juniel sedang sibuk di depan laptopnya, tadi Shilla menyuruhnya mengecek website klub mading. Oiya, ngomong-ngomong dengan Shilla , apa hubungannya ia dengan Junio, adik kembarnya.
                “Yo?” panggil Iyel pada Rio yang sibuk membaca buku tebalnya.
                “Hmm,” jawab Rio yang masih berfokus pada bukunya.
                “Shilla itu siapa?” tanya Juniel menatap Rio. Rio termenung, lalu menatap kakaknya. Rio mengedikkan bahu. Ia tak tahu siapa Shilla baginya.
                “Nggak tahu apa nggak kenal apa… nggak sayang?” tanya Iyel sambil tersenyum jahil. Rio menatapnya tak suka.
                “Gue Cuma bingung,” jawab Rio singkat. Lho, bingung? Memangnya apa yang terjadi? Bukankah dulu Rio bersikeras bahwa ia suka bahkan sayang Shilla.
                “I thought you like her so bad,”
                “I guess so, emm sometimes ago I liked her badly.” Tanggap Rio cuek. Eh, Juniel tidak salah dengar kan? Baru beberapa hari Junio suka Shilla sekarang ia tidak suka.
                “Lhoh, padahal kemarin waktu buat mading Shilla senyum-senyum terus. Bukannya kalian abis makan bareng?” tanya iyel. Rio mengangguk membenarkan.
                “Oh, jadi dia suka sama gue. Yah, guenya udah nggak suka lagi tuh.” Jawab Rio masih dengan nada cuek dan dinginnya. Juniel menatap junio tak percaya. Satu hal yang paling ia tak suka dari sifat rio,sifat yang entah turun darimana, Rio suka seenaknya sendiri.
                “Parah lo. Ati-ati, life is unpredictable, lo mungkin dulu nanem biji apel tapi jangan kaget kalau ntar berbuah mengkudu.” Ujar Juniel menasihati. Rio hanya mengedikkan bahu lalu meninggalkan kamar. Juniel mendesah pelan, tiba-tiba ia khawatir jika Rio benar-benar mendapat mengkudu, hmm…
                Rio duduk santai di ruang keluarga lalu menatap lurus ke depan. Foto besar anggota keluarganya, ada Ayah dan Ibunya, serta di sisi kanan dan kiri mereka, Juniel dan Junio kecil yang terlihat bahagia. Rio mencibir pelan, ia sudah lupa bagaimana cara tersenyum seperti di foto tersebut. Ayah yang super sibuk, Ibu yang entah ada dimana, beruntung Juniel masih sering memperhatikannya. Kondisi bobrok keluarga Rio ini yang membuatnya jadi sedingin es. Rio tak lagi percaya kasih sayang dan cerita dongeng.
                Tapi senyum Shilla yang kala itu sedang meliput ekstra basket membuatnya ingin mengenal kasih lagi. Dinding es di hatinya mulai mencair, namun tetap saja ia masih dingin. Dan kini, gadis lain dalam kisah ini yang tulus membantunya mendekati Shilla membuat e situ makin melebur, dialah Ify. Gadis yang menyayanginya dan rela mengorbankan perasaannya untuk Junio dan Shilla. Rio berniat membayar semuanya, memutuskan menyayangi Alyssa dan meninggalkan Tiara. Ia yakin tidak akan terjadi apa-apa toh Shilla tak membalas perasaannya setelah usahanya selama ini. Ia akan menukar biji apelnya dengan biji stroberi bukan biji mengkudu seperti kata Iyel.
To: Ify
Besok berangkat bareng, ya :)
Rio mengirim pesan singkat itu pada Ify. Beberapa detik berlalu, balasan Ify muncul.
Ify
Besok berangkat bareng, ya :)
                Iya, siap bos ;)
Rio tersenyum, Ify aku akan membalut lukamu dengan rasaku, tenanglah…
[]
Rio
Besok berangkat bareng ya :)
                Iya, siap bos ;)
Have nice evening, you :)
                Haha, you too :P
                “kenapa lo, Fy? Senyum-senyum sendiri, smsan sama operator ya lo?” tanya Alvin.
                “Enak aja lo tuh yang kerjanya sms operator REG spasi JODOH,” ejek Ify sambil nyengir lebar. Alvin memutar bola matanya malas. Ia memang masih di rumah Ify, menunggu hujan reda.
                “Nih, Rio sweet kan,” pamer Ify seraya memperlihatkan ponselnya di depan wajah Alvin. Alvin membaca pesan Rio kepada Ify. Tunggu, kenapa anak itu jadi manis sekali pada Ify. Padahal, biasanya ia hanya mengirim satu sampai tiga huruf pada Ify. Dan parahnya lagi, kini Rio yang sms duluan biasanya kan Ify. Apakah… Rio sekarang menyukai Ify?
                Pikiran Alvin mengarah ke tokoh yang lain. Shilla, gadis yang sore tadi saat ia antar pulang tak henti-hentinya menceritakan tentang Rio. Gadis itu mulai membuka hatinya untuk Rio. Alvin mendesah pelan.
                “Kenapa, Vin?”tanya Ify menyadari perubahan ekspresi Alvin. Alvin menggeleng pelan.
                “It’s ok wae, Fy. Eh, hujannya udah reda, gue pulang ya, Fy. Pamitin gih ke Mama Gina tersayang,” jawab Alvin sambil nyengir. Ify agak ngeri melihat cengiran Alvin lalu memanggil Mamanya. Alvin pun pamit. Di jalan, ia tidak bisa berhenti memikirkan Shilla. Harusnya, ia tak pernah mengiyakan permintaan Ify. Kini, ia rasa luka Ify akan berpindah pada Shilla. Alvin menghela napasnya, ia teringat cerita Shilla tentang Rio. Shilla bilang ia gadis yang paling bahagia di dunia siang tadi.
*
                Shilla sibuk membereskan berkas perizinan liputan ke SMA Labsky sehabis ulangan akhir nanti. Ia juga membereskan proposal-proposal yang dititipkan OSIS kepada tim Mading. Gadis itu masih fokus pada tumpukan kertas itu sampai ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.
                “Masuk,” teriak Shilla. Junio muncul dari pintu jati itu sambil membawa kotak bekal. Shilla memandang pemuda itu bingung. Tanpa Shilla sadari, detak jantungnya menjadi lebih cepat dari biasanya. Rio tersenyum tipis melihat Shilla yang menatapnya dengan wajah super polos.
                “Makan yuk. Lo belum makan, kan pasti? Tadi Iyel bilang lo masih sibuk ngurus perizinan,” ujar Rio sambil duduk bersila di dekat meja kecil yang memang Shilla taruh untuk makan bersama anggota mading.
                “Sini, kok malah bengong sih?” ajak Rio sambil tertawa melihat Shilla yang masih terbengong-bengong. Shilla pun beranjak dari tempatnya dan ikut duduk bersila di sebelah Rio. Rio menepuk puncak kepala Shilla gemas, membuat pipi Shilla perlahan memerah. Oke, ditetapkan sekarang, cowok –selain Alvin—yang bisa membuat pipi Shilla merah adalah Rio.
                “Nih, dimakan. Spesial loh, hehe,” ujar Rio sambil membuka bekalnya.
                “Kamu nggak makan?” tanya Shilla polos saat Rio menyodorkan kotak bekalnya pada Shilla sepenuhnya. Rio menggeleng.
                “Aku udah makan kok. Kamu kan yang belum, buruan keburu dingin,” perintah Rio. Shilla akhirnya menuruti perintah Rio, ia melahap habis makanannya dalam sekejap. Rio tertawa.
                “Kok ketawa sih?” protes Shilla.
                “Habis makannya kayak anak kecil, sih. Belepotan,” ujar Rio. Pemuda itu lalu mengeluarkan sapu tangannya, lalu mengelap sudut bibir Shilla yang belepotan.
                “Nah, sekarang udah bersih. Udah cantik lagi,” Rio tersenyum melihat wajah Shilla sekarang.
                “Makasih,”
                Rio mengangguk. Ia lalu membereskan kotak bekalnya. Setelah selesai, Rio berdiri dan menuju meja yang penuh tumpukan kertas. Lalu memberesinya.
                “Eh, Rio. Jangan,” larang Shilla yang lalu menyusul Rio.               
                “Aku cuma nggak mau kamu capek, Shill.” Jelas Rio lalu menyuruh Shilla duduk. Shilla yang merasa tak enak, menggeleng.
                “Kenapa lo nggak mau gue capek?” tanya Shilla retoris sambil bersedekap, ngambek.
                “Yah, dianya ngambek,” kekeh Rio. Riopun mendekati kursi Shilla. Lalu rio mengunci pandangan Shilla hanya padanya.
                “Karen ague nggak mau lo capek dan lo sakit. Kalau lo tanya kenapa? Jawabnya, karena gue suka sama lo, Shill. Gue sayang sama lo, my favorite girl, Tiara Shilla.” Jelas Rio to the point. Shilla hanya diam.    
                “Kecepetan ya, Shill?” tanya Rio. Shilla menggeleng. Lalu tersenyum tipis, membuat Rio juga tersenyum. Jadi, sepanjang siang itu Rio menemani Shilla beberes sampai Alvin muncul dari daun pintu, mengajak Shilla pulang.
*
                Alvin merasa kepalanya pening begitu sampai rumah. Shilla, ah gadis baik itu. Ify, gadis yang juga tak kalah baik. Dua sahabat karib yang menariknya dari masa lalu kelamnya itu kini secara tak sadar saling apa ya.. menghancurkan? Keduanya jatuh pada hati yang sama. Ini semua karena drama cinta yang ia, Ify, dan rio coba buat. Dalam plot mereka, Shilla dan Rio akan bahagia, dan Ify akan melepas Rio pada Shilla. Tapi kini, scenario entah darimana mengganti plot mereka. Saat Ify sadar ia tak akan melepas Rio pada Shilla. Dan Rio yang mulai menerima Ify. Klimaksnya, aka nada hati yang luka, yaitu Shilla. Tapi, jangan lupa ada yang akan jauh lebih hancur dari Shilla, Alvin. The Dark Knight yang tak tahu harus berbuat apa untuk mempertahankan persahabatan Shilla dan Ify begitu skenario rio dan Ify bersama mulai berjalan.

*
Jadi, how will it end? Shilla-Rio atau Ify-Rio. 
tetap ikuti cerbung ini ya ^^ 
Jangan lupa, keep in touch with me on @citr_ 
Much Love
citra :) 

0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang