Senin, 30 Juni 2014

Melted [12]

Assalamu'alaikum :)
Hai, ketemu lagi sama aku. Aku punya part 12 nya nih, siapa yang mau? hihi *apaan sih*
Oiya, sebelumnya. Marhaban ya Ramadhan. Selamat berpuasa bagi teman-teman yang menjalankan, hihi :3

Oke, langsung aja ya. cekidot.. ^^




PART 12
                Rio menggeleng kuat saat Ify melontarkan pertanyaan itu. Tidak dan tidak akan. Shilla tidak akan tahu tentang skenarionya yang ia buat dengan Ify. Meskipun Shilla berusaha untuk tahu, Shilla tidak akan tahu rahasia mereka. Ego Rio bersikeras Shilla tidak tahu apa-apa.  
                “Tapi Shilla berubah akhir-akhir ini,” desah Ify sedih. Rio tak bicara apa-apa setelah itu. Hening, dingin itu menyelimuti Ify dan rio yang sibuk dengan pikiran masing-masing.
                “Sekarang gimana?” tanya Ify bergetar.
                “Shilla seharusnya bahagia, tapi sekarang dia terluka… karena kita.” Lanjutnya sambil menunduk, tak berani menatap wajah Rio.
                Rio berteriak keras dalam hatinya, jangan begini Ify. Kau juga berhak bahagia, jangan terluka Ify…
                Rio mengetatkan rahangnya menahan emosi. Jujur saja, pernyataan Ify tadi menohoknya. Ia juga tidak suka Shilla terluka tapi ia lebih tak suka jika ify terluka, lebih lama dan lebih dalam.
[]
                Shilla menata bukunya yang berserakan di meja setelah pelajaran matematika. Ia menoleh, tidak ada Ify disana, Ify sedang berlatih bersama tim paduan suara untuk lomba paduan suara tak lama lagi. Shilla lalu menoleh ke belakang berharap ia mendapati Alvin namun nihil. Alvin pun tidak ada di kelas. Shilla mendesah kentara, apa yang harus ia lakukan sekarang. Shilla merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel. Tidak ada pesan dari… -masih pantaskah Shilla berharap- Rio.
                Shilla akhirnya memilih keluar kelas, ia menolak ajakan Oik melihat drama Korea terbarunya. Shilla menatap lapangan basket yang tak jauh dari kelasnya. Ah, Ify disana rupanya sedang menemani Rio yang sedang berlatih basket. Kurang jodoh apa coba Shill, sama-sama ikut lomba, batin Shilla miris.
                “Shilla?” panggil Juniel.
                “Eh iya, yo?” jawab Shilla tanpa menoleh, setahunya suara itu punya Rio. Tapi setelah menoleh, Shilla hanya tersenyum kecut, ia lupa junio punya kembaran yaitu Olaf eh Juniel maksudnya.
                “Maksud gue, yel.” Ralat Shilla. Juniel mengangguk maklum.
                “Shill?” panggil Juniel lagi. Shilla mengerjap, ah dia melamun lagi.
                “Iya. Iya, ada apa?” tukas Shilla sambil tersenyum seperti biasa.
                “Ini proposalnya udah ditandatanganin kepsek. Besok bisa ambil tiket pensinya. Lo mau ambil atau Ozy yang ambil?” ujar Juniel sambil menyodorkan map biru kepada Shilla. Shilla mengangguk senang.
                “Gue aja deh.” Jawab Shilla semangat.
[]
                “Alvin temenin gue dong,” rengek Shilla pada Alvin yang sibuk mengaduk bakso. Alvin menoleh sekilas lalu fokus pada mangkok baksonya lagi. Shilla yang merasa dicuekin mengerucutkan bibir.
                “Alvin, lo mah gitu. Kalo sama gue pake sok-sokan mikir dua kali. Kalo sama Ify aja langsung cuss. Ih, nyebelin,” Shilla mengeluarkan apa yang ada di dalam pikirannya sambil mendebrak meja. Alvin, tentu saja ia kaget, Shilla tidak biasanya seperti ini.
                “Bukan gitu, Shill.” Tukas Alvin. Namun belum sempat Alvin menyelesaikan penjelasannya Shilla sudah melenggang pergi. Alvin menepuk dahinya tak mengerti, ada apa dengan Shilla?
                “Shilla kenapa, Alv?” tanya Ify yang entah darimana. Alvin mengangkat bahunya.
                “Tadi dia ngelewatin gue gitu aja. Lo apain dia, Vin?” tanya Ify lagi kali ini tampangnya mulai serius. bad mood Shilla  sepertinya menyebar, buktinya telinga Alvin terasa panas mendengar pertanyaan Ify tadi.
                “Maksud lo?” sanggah Alvin sambil meletakkan sendok dan garpunya. Ify tidak menyangka akan seperti ini tanggapan Alvin. Nada suaranya dingin bahkan lebih dingin dari Rio.
                “Lo pikir Shilla kayak gitu Cuma gara-gara gue?” Alvin melirik Ify tajam. Ify menunduk.
                “Lo pikir lo nggak punya andil sama sikap Shilla tadi?” Alvin mengatur napasnya tak karuan. Ia marah, marah sekali. Pada dirinya sendiri dan juga Ify.
                “Lo.. Cuma berani sama cewek. Hhh.”
[]
                Shilla akhirnya sampai di SMA Labsky setelah memaksa Kiki dan Ozy menemaninya. Lalu, ketiganya memasuki area sekolah paling elit di ibu kota. Ozy dan Kiki di belakang tidak henti-hentinya mengoceh betapa kerennya sekolah ini.
                “Nggak usah norak juga kali,” sindir Shilla halus yang dijawab dengan cengengesan kedua temannya itu.
                “Shillaaaa!” panggil seorang gadis cantik saat Shilla berhenti di koridor. Shilla menoleh, itu Serra, teman SMPnya dulu. Ozy dan Kiki buru-buru merapikan dandanan mereka, siapa tahu dapat pin BB Serra, eh?
                “Eh, Serra. Lama banget nggak ketemu. Umagash, Lo jadi kece gini. Minder deh gue,” ujar  Shilla sambil merangkul Serra akrab. Ozy dan Kiki yang melihatnya kagum karena Serra jauh lebih cantik kalau dilihat dari dekat.
                “Bisa aja lo, Shill. Eh, by the way lo nggak sama Alvin apa Ify gitu?” tanya Serra sambil tertawa. Shilla menggeleng lalu Ozy dan Kiki menyikut shilla pelan. Shilla melirik dua anak itu agak malas, tetapi Shilla paham maksud mereka.
                “Oiya, Serr. Ini Ozy sama Kiki. Kiki, Ozy, ini Serra.” Shilla saling memperkenalkan Serra serta Kiki dan ozy.  Serra dan Shilla tertawa melihat Ozy dan Kiki yang salah tingkah saat berjabat tangan dengan Serra.
                “Eh, yaudah yuk. Gue ambilin tiketnya di sekre.” Ajak Serra kemudian. Lalu Shilla, Ozy, dan Kiki mengekor Serra menuju ke sekretariat.
[]
                Alvin menatap geram pada pemuda yang menyela percakapannya dengan Ify. Karena pemuda inilah yang membuat dua sahabat terbaiknya murung. Ya, pemuda itu adalah rio.
                “Kata siapa gue cuma berani sama cewek, ha?” tantang Alvin sambil menggebrak meja. Beruntung, hari ini sekolah dipulangkan lebih awal jadi Alvin tidak menarik perhatian para siswa.
                “Kata gue,” sahut Rio enteng. Jujur, kalau tidak ada Ify di antara ia dan Rio, sudah dipastikan wajah angkuh Rio bonyok.
                “Lo – nggak usah sok tahu soal gue ya err siapa nama lo? Junio Tesla.” Geram Alvin. Rio memandang remeh Alvin sambil merengkuh pundak Ify. Gadis itu sedari tadi hanya menunduk, tak berani memandang Rio dan Alvin. Alvin tertawa mengejek saat rio merangkul pundak rio. Pemuda itu tak sadarkah ia sudah pernah melukai ify dan sekarang ia sudah melukai Shilla.
                “how can you be… such a b*st*rd.” cemooh Alvin sambil memiringkan wajahnya.
                “kemarin Shilla sekarang Ify. Apa menurut lo menghancurkan persahabatan orang itu baik?” lanjut Alvin.
                “Gue emang ngebentak Ify tadi. Bukan apa-apa, gue Cuma ngingetin dia. Dia salah, bukan Cuma dia, lo dan gue juga salah,” Alvin menghela napasnya sebentar.
                “Kita semua salah tentang Shilla.” Lanjut Alvin dengan nada terluka. Ify merasa tertohok mendengar pernyataan Alvin tadi. Ia, Alvin, dan Rio telah salah mengenai Shilla. Bukan hanya itu, mereka telah salah pada perasaan mereka masing-masing. Dalam rencana mereka, mereka akan baik-baik saja. Mereka akan bahagia, tapi tetaplah manusia hanya bisa berencana karena Tuhan lah yang menetapkan semuanya.
                Alvin berdecak pelan lalu melangkah meninggalkan Ify dan Rio. Kepalanya pening sama halnya dengan Ify. Shilla yang tadi membanding-bandingkan perlakuannya terhadap Shilla dan Ify membayanginya. Sadarkah Shilla sekarang tentang dia? Atau… irikah Shilla pada Ify yang nyatanya sekarang bersama Rio. Ah, Alvin pusing, ia mengacak rambutnya frustasi.
                “Alviiin.” Seru Shilla saat Alvin berpapasan dengannya. Alvin tak menoleh, menoleh sama saja membunuh dirinya dengan rasa bersalah. ‘Maaf, Shilla. Maaf. Kali ini saja aku tak menoleh ke arahmu, Shilla’ batin Alvin perih.
                Shilla heran dengan tingkah Alvin, terakhir kali Alvin tak menggubrisnya mmm, sebentar Shilla ingat-ingat dulu. Ah, ya dua tahun lalu. Shilla memegang dadanya, tersentak.
                “Astaga!” pekiknya tertahan. Apa jangan-jangan Alvin kembali seperti yang dulu, tidak! Jangan sampai. Shilla pun segera berlari mencari Ify, ini pasti ada hubungannya dengan gadis itu. Batin shilla khawatir.
[]
                Shilla menemukan Ify menyembunyikan wajahnya di balik lipatan tangannya. Napas Shilla tercekat, baru ia pergi beberapa jam, dua sahabat terbaiknya sudah ribut begini. Mana Alvin tadi kelihatan marah besar dan sekarang bisa dipastikan, Ify pasti menangis.
                “Ify,” panggil Shilla lirih. Ify menghentikan isakannya sebentar. Itu suara Shilla, gadis itu ada disini. Astaga, apa yang harus Ify katakan padanya.
                “Ify, lo kenapa?” tanya Shilla lembut, gadis itu duduk di sebelah Ify sambil menepuk pundak Ify.
                “Lo berantem sama Alvin?” tebak Shilla. Sial, batin Ify. Kenapa bisa tepat tebakan Shilla. Tapi Ify masih menyembunyikan wajahnya, tak berani menatap Shilla.
                “udah dong, fy. Jangan nangis. Ngapain juga nangisin Alvin, eh. Salah ngomong gue,” ujar Shilla sambil mengetuk dahinya pelan. Ify hanya diam, tak mengubah posisinya.
                “Aduh, Ify. Ayo, dong. Lo tahu sendiri gue nggak pinter nenangin orang nangis,” shilla kini merasa kelimpungan karena Ify.
                “Udah, cup. Cup. Cup.” Shilla mengelus punggung Ify dengan lembut. Shilla tersenyum tipis, ingat cara yang diajarkan Alvin tempo dulu kalau menangani orang yang tidak berhenti menangis.
                “Ifyyy. Jangan nangis dong, ntar deh Alvin gue cubit sampai dia yang nangis, tenang aja. Liat gue dong, fy. Plisss.” Shilla mulai menarik-narik Ify agar gadis itu menatapnya. Ify menyerah, akhirnya ia mengangkat wajahnya.
                “Nah gitu dong, kan cantik. Ya, agak berantakan dikit sih,” ujar Shilla sambil merapikan rambut Ify yang berantakan. Ify tersenyum tipis, Shilla selalu baik padanya, pada semua orang. Ify pun menubruk tubuh Shilla, memeluknya erat-erat. Shilla pun memeluk Ify erat.
                “Ify, gue tahu lo belum bisa cerita sekarang. Tapi, kapanpun itu kalo lo siap buat cerita semuanya, gue bakal disana dengerin lo, fy.” Shilla bergumam pelan, membuat mata Ify berkabut lagi.
[]
                Dari kejauhan Junio memandang dua gadis yang sedang berpelukan itu. Apakah ia seburuk itu sampai-sampai membuat sahabat karib itu saling membentak. Saat Alvin meneriaki Ify tadi, rasanya mulut Rio ingin bungkam tetapi tangannya gatal untuk memukul Alvin.
                “Rio,” Sivia memanggilnya. Rio tak menoleh.
                “iyel udah nunggu,” lanjut Sivia tapi masih sama, tidak digubris Rio. Rio masih memandang Shilla dan Ify yang kini sudah menderai tawa bersama.
                “Rio, Iyel udah cerita semua,” sivia berujar pelan, namun masih didengar jelas oleh Rio.
                “Soal Shilla dan Ify. Lo harus pilih salah satu dari mereka.” Lanjut Sivia. Ia tidak tahu apa ia sudah mengatakan atau melakukan sesuatu yang benar.
                “Gue tahu,” sahut Rio datar. Gadis berambut pendek itu menghela napasnya sebentar.
                “tapi rio, cara memilih lo salah” sanggah Sivia hati-hati. Ia tahu betul Rio amat mudah tersinggung.
                “Maksud lo?” tanya Rio tanpa menoleh Sivia.
                “Begini lo harusnya memilih salah satu di antara mereka tanpa melukai mereka. Gue tahu --.”
                “Emang bisa kayak gitu? Ify bakal tetep sakit kalau pada akhirnya gue milih Shilla,” tanggap Rio putus asa. Sivia menggeleng.
                “Itu sebenernya nggak bakal terjadi Rio. Kalau saja, lo nggak memberi mereka harapan. Pada waktu yang sama,” lanjut Sivia pelan namun begitu memojokan Rio.
                “Dan lo tahu, Junio? Mereka berdua sekarang sama-sama mengharapkan lo.” Tandas Juniel yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Rio dan Sivia.      

**

Uwowww. Gimana? Gimana? Makin absurd ya?
keep in touch @citr_ xoxoxo {}  

0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang