Udah ah, ini part 5nya
Terimakasih sudah terdampar disini
Bola mata hitam pekat milik
Alvin memandangi Ify dengan kilatan yang tidak terbaca.
“Ify, gue nggak percaya lo nekat
ngelakuin ini,” ujarnya sambil menggelengkan kepalanya. Ify yang sedari tadi
hanya menunduk, mendongak..
“Ini satu-satunya kesempatan gue,
Vin.” Ujarnya dengan matanya yang membengkak. Alvin melihatnya prihatin.
“Kesempatan apa sih, Fy?” ujar
Alvin gusar. Ify menunduk sambil memainkan ujung sepatu kedsnya.
“Lo pikir ini drama Korea yang
sering ditonton Shilla,” cibir Alvin tak suka. Begitu mendengar ‘kata Shilla’
Ify langsung mendongak.
“Vin. Jangan bilang ke Shilla
ya.” Pintanya pada Alvin. Alvin mengangguk lalu pemuda itu kembali menyeret Ify
ke kelas.
“Kalian darimana?” tanya Shilla
penuh selidik saat Ify dan Alvin masuk kelas.
“Pacaran,” jawab Alvin asal.
Shilla menatap Ify meminta penjelasan, ify menggeleng.
“Yaudah sih kalau pacaran,
pacaran aja sono,” balas Shilla pura-pura cuek padahal hatinya sedang
bergejolak tak karuan. Ify mencubit perut Alvin.
“Lo apaan sih, Vin!” gertaknya
pelan. Alvin mengedikkan bahu lalu bergabung dengan teman-temannya yang asyik
main PES.
“Muka lo nggak enak banget,
Shill,” ujar Ify sembari duduk di bangkunya. Shilla menoleh Ify dan menaikkan
sebelah alisnya.
“Aku rapopo,” ujarnya dengan mimic
wajah yang sok kuat. Ify bergidik ngeri melihat Shilla.
“Ih, norak lu Shill!” cibir Ify.
Shilla bukannya marah malah memeluk Ify.
“Gue peluk lo biar ikutan
norak,” Shilla mengeratkan pelukannya membuat ia dan Ify tertawa bersamaan.
‘Maaf, Shilla. Gue bohongin lo.
Maaf,’ batin Ify bersalah pada gadis yang sedang memeluknya itu.
[]
Junio tampak berpikir di ruang
belajarnya. Ya, memang ia tidak berangkat sekolah hari ini. Setiap hari Rabu,
ia mengambil program home schooling yang disediakan sekolahnya. Tetapi tidak
dengan Juniel, pemuda itu tetap masuk sekolah seperti biasa. Ya meskipun hari
ini iyel ikut-ikutan tidak masuk sih. Rio mengetukkan jemarinya sembari
berpikir. Bukan berpikir bagaimana menyelesaikan soal di depannya, melainkan
drama yang ia buat. Akankah berjalan sesuai rencananya? Akankah ia bisa
mendapatkan hati gadis pujaannya?
“Rio, cepat kerjakan soalmu,”
tegur ibu Anisa, yang hari ini membimbing Rio. Rio mengangguk lalu mencoba
berkonsentrasi pada soal di depannya. Setelah Sembilan puluh menit belajar,
program sekolah Rio berhenti. Memang sih, lebih enak disebut kursus daripada
sekolah. Tapi, jangan kira Rio akan bersantai setelah ini karena Rio akan
belajar mengenai bisnis dengan Ayahnya, ya Ayahnya.
“Sudah siap Junio Tesla?” tanya
Ayah dari layar laptop Rio. Ya, streaming, Rio belajar bisnis lewat video call
dengan Ayahnya, canggih bukan?
“Ayah? Nama belakangku Tesla.
Bisakah aku jadi ilmuwan saja?” tanya Rio pada Ayahnya, kebiasaannya memulai
percakapan dengan sang Ayah. Anwar –Ayah Rio- menatap putranya sebentar.
“Sudah, buka saja bukumu halaman
40 dan segera download filenya di website Ayah,” perintah Anwar mutlak.
“Do you have any relations with a girl named Ify?” Rio menoleh begitu mendengar suara Juniel di
luar ruang belajarnya.
“Yah, Juniel sudah pulang. Sudah
dulu, ya. Bye?” pamit Rio pada sang Ayah dan langsung mematikan skype-nya. Lalu
pemuda itu menghampiri Juniel.
“Lo tahu darimana?” tanya Rio
tak suka. Juniel menatap Rio aneh.
“She texted me. She thought I
was you. Is she your girlfriend?” tanya Juniel sambil mengerling pada saudara
kembarnya.
“It’s not your business. Give me
her phone number!” bentak Rio sambil merampas I-Phone Juniel.
“Well? Have new one,eh? How
about Tiara Shilla? You like her, don’t you?” tanya Juniel lagi kali ini dengan
tampang serius. Rio balik menatap Juniel dengan bola mata yang hampir keluar.
“Berhenti ikut campur. Urusin
aja Sivia Tasia lo itu.” Bentak Rio sambil mengembalikan I-Phone Juniel dan
berlalu ke kamarnya.
Rio membanting pintu kamarnya.
Bisa-bisanya Juniel tahu kalau ia ada hubungan dengan Ify. Bukan, bukan itu
poinnya, bisa-bisa Ify punya nomor Iyel.
To: Ify
We gotta meet. Need to tell u
smthing. Meet me at ChitChat Café after school-Rio.
[]
Drrttt… Handphone Ify bergetar di
saat yang tidak tepat. Ini pelajaran Ibu Safira, jadi gadis itu membiarkan hp
nya bergerak di laci karena getarannya yang lumayan kuat.
“Gempa bumi, Fy?” tanya Shilla
dengan tampang pongonya.
“Hp gue geter,” balas Ify pelan.
Shilla hanya mengangguk-angguk dan kembali memperhatikan bu Ira yang sibuk
dengan materi ekonominya.
“Baiklah. Ibu cukupkan sekian,
sampai jumpa di lain waktu. Wassalamu’alaikum,” ujar bu Safira lalu
meninggalkan kelas yang disambut sorak-sorai kelas XI S-3. Shilla pun menghambur
ke meja Alvin ingin meminjam catatan pemuda itu sementara Ify langsung meraih
HP nya.
From: 081xxxx
We gotta meet. Need to tell u
smthing. Meet me at ChitChat Café after school-Rio.
Ify membulatkan mata seketika.
Rio? Ingin bertemu dengannya? Apa yang ingin disampaikan pemuda itu? Batin Ify
cemas, semoga saja bukan hal yang bisa menghancurkan hatinya. Semoga..
**
Rio mau bilang apa ya? Kepo kah kalian? hehehe
Sekali lagi, terima kasih sudah terdampar saat kalian googling, xoxo
Love @citr_
duh, don't hate. love me aja :*
BalasHapus