Kamis, 15 Mei 2014

Melted [5]

Aku baru nyadar kalo posting ini per part nya pendek, hehehe
Udah ah, ini part 5nya
Terimakasih sudah terdampar disini





                Bola mata hitam pekat milik Alvin memandangi Ify dengan kilatan yang tidak terbaca.
                “Ify, gue nggak percaya lo nekat ngelakuin ini,” ujarnya sambil menggelengkan kepalanya. Ify yang sedari tadi hanya menunduk, mendongak..
                “Ini satu-satunya kesempatan gue, Vin.” Ujarnya dengan matanya yang membengkak. Alvin melihatnya prihatin.
                “Kesempatan apa sih, Fy?” ujar Alvin gusar. Ify menunduk sambil memainkan ujung sepatu kedsnya.
                “Lo pikir ini drama Korea yang sering ditonton Shilla,” cibir Alvin tak suka. Begitu mendengar ‘kata Shilla’ Ify langsung mendongak.
                “Vin. Jangan bilang ke Shilla ya.” Pintanya pada Alvin. Alvin mengangguk lalu pemuda itu kembali menyeret Ify ke kelas.
               
                “Kalian darimana?” tanya Shilla penuh selidik saat Ify dan Alvin masuk kelas.
                “Pacaran,” jawab Alvin asal. Shilla menatap Ify meminta penjelasan, ify menggeleng.
                “Yaudah sih kalau pacaran, pacaran aja sono,” balas Shilla pura-pura cuek padahal hatinya sedang bergejolak tak karuan. Ify mencubit perut Alvin.
                “Lo apaan sih, Vin!” gertaknya pelan. Alvin mengedikkan bahu lalu bergabung dengan teman-temannya yang asyik main PES.
                “Muka lo nggak enak banget, Shill,” ujar Ify sembari duduk di bangkunya. Shilla menoleh Ify dan menaikkan sebelah alisnya.
                “Aku rapopo,” ujarnya dengan mimic wajah yang sok kuat. Ify bergidik ngeri melihat Shilla.
                “Ih, norak lu Shill!” cibir Ify. Shilla bukannya marah malah memeluk Ify.
                “Gue peluk lo biar ikutan norak,” Shilla mengeratkan pelukannya membuat ia dan Ify tertawa bersamaan.
                ‘Maaf, Shilla. Gue bohongin lo. Maaf,’ batin Ify bersalah pada gadis yang sedang memeluknya itu.
[]
                Junio tampak berpikir di ruang belajarnya. Ya, memang ia tidak berangkat sekolah hari ini. Setiap hari Rabu, ia mengambil program home schooling yang disediakan sekolahnya. Tetapi tidak dengan Juniel, pemuda itu tetap masuk sekolah seperti biasa. Ya meskipun hari ini iyel ikut-ikutan tidak masuk sih. Rio mengetukkan jemarinya sembari berpikir. Bukan berpikir bagaimana menyelesaikan soal di depannya, melainkan drama yang ia buat. Akankah berjalan sesuai rencananya? Akankah ia bisa mendapatkan hati gadis pujaannya?
                “Rio, cepat kerjakan soalmu,” tegur ibu Anisa, yang hari ini membimbing Rio. Rio mengangguk lalu mencoba berkonsentrasi pada soal di depannya. Setelah Sembilan puluh menit belajar, program sekolah Rio berhenti. Memang sih, lebih enak disebut kursus daripada sekolah. Tapi, jangan kira Rio akan bersantai setelah ini karena Rio akan belajar mengenai bisnis dengan Ayahnya, ya Ayahnya.
                “Sudah siap Junio Tesla?” tanya Ayah dari layar laptop Rio. Ya, streaming, Rio belajar bisnis lewat video call dengan Ayahnya, canggih bukan?
                “Ayah? Nama belakangku Tesla. Bisakah aku jadi ilmuwan saja?” tanya Rio pada Ayahnya, kebiasaannya memulai percakapan dengan sang Ayah. Anwar –Ayah Rio- menatap putranya sebentar.
                “Sudah, buka saja bukumu halaman 40 dan segera download filenya di website Ayah,” perintah Anwar mutlak.
                Do you have any relations with a girl named Ify?”  Rio menoleh begitu mendengar suara Juniel di luar ruang belajarnya.
                “Yah, Juniel sudah pulang. Sudah dulu, ya. Bye?” pamit Rio pada sang Ayah dan langsung mematikan skype-nya. Lalu pemuda itu menghampiri Juniel.
                “Lo tahu darimana?” tanya Rio tak suka. Juniel menatap Rio aneh.
                “She texted me. She thought I was you. Is she your girlfriend?” tanya Juniel sambil mengerling pada saudara kembarnya.
                “It’s not your business. Give me her phone number!” bentak Rio sambil merampas I-Phone Juniel.
                “Well? Have new one,eh? How about Tiara Shilla? You like her, don’t you?” tanya Juniel lagi kali ini dengan tampang serius. Rio balik menatap Juniel dengan bola mata yang hampir keluar.
                “Berhenti ikut campur. Urusin aja Sivia Tasia lo itu.” Bentak Rio sambil mengembalikan I-Phone Juniel dan berlalu ke kamarnya.
                Rio membanting pintu kamarnya. Bisa-bisanya Juniel tahu kalau ia ada hubungan dengan Ify. Bukan, bukan itu poinnya, bisa-bisa Ify punya nomor Iyel.
                To: Ify
                We gotta meet. Need to tell u smthing. Meet me at ChitChat Café after school-Rio.
[]
                Drrttt… Handphone Ify bergetar di saat yang tidak tepat. Ini pelajaran Ibu Safira, jadi gadis itu membiarkan hp nya bergerak di laci karena getarannya yang lumayan kuat.
                “Gempa bumi, Fy?” tanya Shilla dengan tampang pongonya.
                “Hp gue geter,” balas Ify pelan. Shilla hanya mengangguk-angguk dan kembali memperhatikan bu Ira yang sibuk dengan materi ekonominya.
                “Baiklah. Ibu cukupkan sekian, sampai jumpa di lain waktu. Wassalamu’alaikum,” ujar bu Safira lalu meninggalkan kelas yang disambut sorak-sorai kelas XI S-3. Shilla pun menghambur ke meja Alvin ingin meminjam catatan pemuda itu sementara Ify langsung meraih HP nya.
                From: 081xxxx
                We gotta meet. Need to tell u smthing. Meet me at ChitChat Café after school-Rio.
                Ify membulatkan mata seketika. Rio? Ingin bertemu dengannya? Apa yang ingin disampaikan pemuda itu? Batin Ify cemas, semoga saja bukan hal yang bisa menghancurkan hatinya. Semoga..

**
Rio mau bilang apa ya? Kepo kah kalian? hehehe
Sekali lagi, terima kasih sudah terdampar saat kalian googling, xoxo

Love @citr_ 

1 komentar:

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang