Sabtu, 10 Mei 2014

Saatnya Pindah Rumah

Halo :) Karena setelah membaca buku pinjaman dari Asti, aku kepikiran nulis ini. Iseng sih. Sekalian belajar untuk 'pindah rumah' hehehe.
Enjoyyy!! :))


"Bukan rumah namanya kalau lo ngerasa nggak nyaman buat ngapain aja. Lo ngerti kan Fy maksud gue. He's definitely not your home,"
Kata-kata Via terus terngiang di telinga Ify. Apa iya Rio bukan rumahnya. Tanyanya pada diri sendiri.
"Lo itu harus pindah rumah. Kalau lo ngerasa dia rumah lo, dia bukan rumah yang nyaman, jadi gue saranin lo pindah rumah deh atau kalau nggak, nggak usah punya rumah dulu,"
Lagi-lagi, suara Via berdengung di telinga Ify. Rio, apa benar kamu bukan rumah yang nyaman.

Ify sedang membereskan rak bukunya yang sudah berbulan-bulan ia biarkan berantakan. Sebuah buku berwarna hijau-biru menarik perhatian Ify. Gadis berdagu tirus itu lalu meraihnya. Ify sempat bergidik ngeri melihat sampulnya, ya Raditya Dika yang monyong mirip ikan salmon seperti judul bukunya, Manusia Setengah Salmon.

Ify memulai membuka buku itu. Sivia A. tertulis besar di lembar pertamanya. Ify menepuk dahinya, ini kan buku Sivia yang ia pinjam entah dari kapan dan sampai saat ini belum pernah ia baca. Gadis itu terus membuka lembaran demi lembaran buku itu sampai ia terhenti pada satu bab Sepotong Hati di Sebuah Kardus Cokelat. Disitu diceritakan, Raditya Dika yang harus pindah rumah dan bertanya-tanya mengapa harus pindah padahal dirasanya tidak ada yang salah dengan rumahnya.

"...Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama.
Mirip seperti gue dan dia..."

deg...
Ify segera menutup buku itu. Lalu membanting dirinya di kasur. Pikirannya kembali melayang antara perkataan Sivia, tulisan di buku Raditya Dika tadi, dan keadaannya sekarang dengan Rio. Akhir-akhir ini memang Ify merasa pemudanya lain dari biasanya. Rasanya aneh, Ify agak canggung menanyakan kabar Rio. Inikah tanda bahwa Rio mulai terasa sempit untuknya atau sebaliknya.

Gadis itu menghela napasnya kasar. Lalu ia kembali meraih bukunya lagi dan menjelajah babnya. Sampai di bab Mencari Rumah Sempurna
"....Bagi gue, rumah adalah dia. Karena dia adalah tempat gue pulang. Karena, orang terbaik buat kita seperti rumah yang sempurna. Sesuatu yang bisa melindungi kita dari gelap, hujan, dan menawarkan kenyamanan..."

Menawarkan kenyamanan? Rio tidak begitu akhir-akhir ini. Apakah ini artinya sudah saatnya Ify pindah rumah?

*
"Gue hanya perlu menjadi manusia setengah salmon: berani pindah," gumam Ify mengutip kalimat di buku MSS. Kemarin, ia sudah memutuskan semuanya. Ia sudah membuang ketidaknyamanannya dengan Rio. Ya, ia memutuskan Rio. Rio bukan rumahnya, Ify sadar hal itu. Kalau boleh jujur, sebenarnya Ify juga tidak nyaman harus sendiri. Tapi itu hanyalah permulaan, itu hanya bagian dari perpindahan. Dan yang harus Ify lakukan sekarang, mencari kebahagian-kebahagian kecil di antara perpindahan ini.









Fin.

Thanks for Reading :3
Love.. @citr_

0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang