aku post bagian B nya.
Lagu Sepatu dari Tulus, recommended nih buat menemani membaca. haha,
Enjoy, guys :)
PART 14 B
Ify-Shilla
Kita adalah sepasang
sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia
Mid tes yang berlangsung
seminggu berefek besar pada hubungan Ify dan Shilla. Jarak antara mereka
semakin lebar. Ruangan Shilla yang terpisah dari Ify dan Alvin, membuat Ify
susah untuk sekedar bertanya pendapat Shilla tentang ujian tadi. Dan Shilla
sepertinya tidak mau repot-repot melakukan hal itu. Ia masih ingin masa tenang
tanpa dipusingkan soal Rio dan Ify.
Mungkin iya, kini mereka –Ify
dan Shilla- adalah sepasang sepatu. Dekat tapi terasa jauh, ya meskipun
jaraknya hanya sejauh kaki kanan dan kiri. Merekalah sepasang sepatu, tanpa
pasangannya tak berguna. Tergeletak begitu saja dan akhirnya dibuang begitu
saja.
“Shilla.” Panggil Ify begitu
Shilla keluar dari ruangan. Shilla menoleh dan tersenyum –untuk pertama kalinya
sejak bertengkar- pada Ify. Ify tidak menyangka Shilla akan tersenyum begitu
manis padanya. Gadis itu lantas berlari menghampiri Shilla dan merangkulnya.
Hal yang ingin ia lakukan sejak seminggu lalu.
Kehampaan yang Ify rasakan
perlahan terisi. Gerak kaki manusia itu membawa sepatu itu hidup. Tak seperti
sebelumnya, mati bagai tak berjiwa.
Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
Ify kini tahu apa sebenarnya akar
masalah semua ini. Setelah seminggu tak bertemu Shilla, ia benar-benar
menginstrospeksi dirinya. Ini semua juga karena Ify terlalu takut. Ia takut
untuk berterus terang pada Shilla. Iya, lagi-lagi seperti sepatu. Ify tidak
takut berlari sekencang apapun sebenarnya, tapi ia khawatir Shilla akan kelelahan.
Ia lebih suka berjalan dan memendam keinginannya untuk berlari untuk Shilla.
Dan inilah kesalahannya, ia lebih memilih bohong karena ia kira Shilla akan
baik-baik saja. Tapi, lihat sekarang? Shilla tidak baik-baik saja. Ify sadar
sekarang Shilla sama sepertinya, ia ingin berlari, ia rela kehujanan. Karena ia
tidak takut lelah, ia tidak takut kedinginan.
Ify-Rio
Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Tapi tak bisa apa-apa
Desah napas Rio terdengar begitu
kentara di telinga Ify. Namun sebisanya Ify tidak menoleh dan bertanya ada apa.
Gadis itu tetap menatap lurus-lurus ke depan, pura-pura tidak mengacuhkan Rio.
“Ify,” panggil Rio. Ify melirik
Rio dari ekor matanya sebentar, masih tak berniat menoleh.
“aku nggak suka kita yang kayak
gini,” ujar Rio pelan. Memangnya Ify suka apa mereka yang begini? Ify juga
nggak suka keleus, tapi keadaan yang memaksa Ify untuk begini. Pura-pura jadi
dingin pada Rio.
“Ify,” panggil Rio lagi. Kali
ini Ify menoleh. Apa?
“Aku minta maaf,” lanjut Rio
sambil menatap Ify dalam-dalam. Ify melengos pelan.
“Ify, aku nggak tahu harus
gimana lagi.”
Rio menghela napasnya kasar
entah untuk yang ke berapa. Harus bagaimana lagi dia? Dia benar-benar tidak
tahu. Selama ini, Ify lah kompasnya. Tanpa Ify, jelas ia akan tersesat. Selama
ini, Ify yang pelan-pelan mengajari tentang kasih sayang. Tentang bagaimana
mengubah perasaan dinginnya menjadi hangat.
Tapi sekarang, sebuah keping
masalah yang tidak disadari Rio telah ia ciptakan membuat mereka menjaga jarak.
Kompas Rio tak mau menunjukkan kemana ia harus melangkah. Rio buta tanpa
kompasnya. Rio sadar selamanya ia ingin tetap bersama kompasnya, kenyataannya
ia tidak bisa apa-apa. Bahkan untuk sekedar menahan kompasnya untuk tetap
disisinya pun dia tidak bisa.
Terasa lengkap bila kita
berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Rio menatap Ify yang tampak menunggu di depan kelas X-5. Rio ingin menghampirinya tapi langkahnya terhenti saat Ify berdiri dan menyambut seseorang yang keluar dari pintu kelas. Orang itu Shilla. Ify tampak tersenyum saat Shilla merangkulnya.
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Rio menatap Ify yang tampak menunggu di depan kelas X-5. Rio ingin menghampirinya tapi langkahnya terhenti saat Ify berdiri dan menyambut seseorang yang keluar dari pintu kelas. Orang itu Shilla. Ify tampak tersenyum saat Shilla merangkulnya.
Rio berdecak pelan lalu
melangkah menjauh. Hampa rasanya tanpa Ify, terlebih Ify tak mau bicara apapun
dengannya seminggu ini. Jarak mereka terlalu jauh sekarang. Sepatu itu walau
sepasang diletakkan di rak yang tidak lagi sama. Dan kaki yang biasanya
menggerakan mereka sepertinya tak berniat meletakkan sepasang sepatu itu di rak
yang sama lagi. Entah kapan, tapi sepatu itu sudah bersiap mati tak berjiwa,
melupakan asyiknya berlari dan terkena hujan.
Ify-Shilla-Alvin
Di dekatmu kotak bagai
nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya
Alvin awalnya tak mempercayai
penglihatannya sendiri saat Ify dan Shilla menghampirinya. Alvin sempat
mengucek mata sipitnya kalau-kalau yang ia lihat hanyalah fatamorgana. Tapi
pemandangan di depannya bukanlah fatamorgana, itu murni Ify dan Shilla.
“Cieee.” Celetuk Alvin begitu
saja. Terlalu banyak yang ingin ia katakana tapi hanya ‘cieee’ yang bisa keluar
dari mulutnya. Ify dan Shilla sontak tertawa. Alvin jadi salah tingkah sendiri,
lama ia tak mendengar tawa Shilla. Ia rindu gadis ini juga ternyata.
“Pulang yuk?” ajak Shilla. Ify dan Alvin menoleh
padanya. Lalu mengangguk bersamaan. Sepertinya hari ini keduanya berikrar
kemanapun Shilla akan bergerak, mereka akan mengikutinya. Shilla kini lah sang
kaki manusia, dan Ify dan Alvin adalah sepatunya. Kemanapun Shilla melangkah
mereka siap mengikuti gerak kakinya. Kalaupun Shilla memutuskan untuk menyimpan
mereka di kotak, mereka tak akan menolak. Karena Shilla kotak kosong
membosankan itu bisa menjadi playground mereka yang menyenangkan.
Ku senang bila diajak
berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
Bang boris memandang tiga remaja
yang berjalan menuju angkotnya heran. Sudah seminggu lebih mereka tak merusuh
di angkotnya. Bang boris melambaikan tangan saat tiga orang itu semakin dekat.
Ketiganya pun sama, membalas lambaian bang Boris bahkan lebih heboh.
“Tumben kali,” ujar Bang Boris
sambil memandangi mereka satu-satu.
“Bilang aja kangen,” celetuk
Shilla, salah satu dari tiga orang tadi. Bang Boris hanya nyengir.
“Zudah, masuk sana. Aku butuh
teman ngetem ini,” perintah Bang Boris yang langsung disanggupi ketiganya. Di
dalam kendaraan umum itu ketiganya duduk berdampingan. Lalu hening, tidak ada
yang bersuara. Entah kemana terbangnya keakraban mereka tadi.
Shilla yang merasa paling
canggung saat ini. Padahal, tadi ia yang paling banyak membuat tertawa. Rasa
takut itu muncul lagi. Sang kaki manusia mulai ragu untuk berlari. Sang pemilik
hati mulai takut untuk jujur.
Sang kakipun berhenti, takut
sepatunya lelah. Shilla akhirnya diam saja, tidak akan mengungkit masalah
mereka dahulu. Biarlah seperti ini, ia masih ingin tertawa tanpa beban masalah
itu sejenak. Shilla tidak akan bilang apa-apa, ia takut ribuan panah itu akan
membuat jarak antara ia dan dua sahabatnya, Alvin dan Ify.
Rio-Shilla
Cinta memang banyak
bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu.
Mungkin tak semua bisa bersatu.
Shilla berjalan-jalan sebentar sore ini. Sudah
lama juga ia tidak berkeliling di wilayah dekat rumahnya. Sekalian merefresh
isi kepalanya yang membuat cewek itu hampir gila. Tidak banyak yang berubah di
kawasan tempat tinggal Shilla padahal Shilla sudah lama tak menengoknya.
Shilla menghela napasnya, coba
saja persahabatannya dengan Ify dan Alvin sama seperti kawasan ini. Tidak
berubah meskipun telah ia tinggalkan begitu jauh. Tapi mustahil kedengarannya.
Semuanya pasti berubah, apalagi kalau Shilla memilih pergi dari pada bertahan.
“Shilla,” suara baritone yang
sudah lama tak didengar Shilla memanggil gadis itu. Shilla refleks menoleh ke
belakang.
“Rio,” gumam Shilla. Lalu menatap
ke depan lagi. Parah, hatinya masih bergetar hebat di hadapan pemuda es itu.
“Shilla.” Panggil Rio lagi.
Shilla membatin sebal ‘berhenti manggil gue Rio, berhenti.’
“ada apa?” jawab Shilla –mencoba-
ketus. Rio diam saja sambil menatap punggung Shilla.
“Ada apa? Jawab!” bentak Shilla
yang tiba-tiba sudah menghadap Rio.
“Mau apa lagi, ha?” bentaknya
dengan suara yang bergetar, jelas shilla sedang menahan air matanya agar tidak
keluar. Shilla menahan lukanya agar tidak menganga lagi.
“Shilla, aku cuma mau minta
maaf,” ujar Rio lirih sambil menatap nanar gadis di depannya itu. Shilla
tertawa miris mendengarnya. Maaf kata Rio? Mudah sekali, hahaha. Tapi toh,
Shilla mengangguk samar.
“Udahlah. Nggak usah lagi
sok-sokan muncul di depan aku.” Tukas Shilla. Shilla menarik napas sebelum
menyelesaikan percakapan ini.
“Udahlah, yo. Nggak usah
muncul-muncul di depan aku lagi. Biar nanti aku yang nyari kamu kalau aku butuh
maaf kamu. Udah yo, kamu pergi aja. Kamu disini Cuma buat aku sedih. Buat aku
sakit.” Rio hanya bergeming,
“Aku sayang kamu, yo. Tapi kamu
sayangnya sama Ify.”
“Yo, cinta itu banyak bentuknya,kayak
aku ke kamu. Tapi yo, aku lupa kalau nggak semuanya bisa bersatu kayak aku sama
kamu.” Shilla menyelesaikan kalimatnya diiringi Kristal yang perlahan membasahi
pipinya.
Rio masih berdiri disana. Ia tertampar
keras oleh perkataan Shilla. Lalu Rio menepuk pelan puncak kepala Shilla.
Sang kaki ambruk akhirnya, ia
terlalu lelah berlari. Tapi satu hal, estafetnya telah ia selesaikan satu
putaran. Masih ada putaran yang lain, masalahnya yang lain menunggu untuk
diselesaikan.
Cinta memang banyak
bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu.
Mungkin tak semua bisa bersatu.
**
Sudah ya. wkwk, absurd nggak sih?
Aku mau coba ala-ala Song fiction gitu eh tapi malah jadinya gini. Ya, nggapapalah xD. part ini sebenarnya penggembira saja, ditulis soalnya jatuh cinta sama lagunya <3 Maaf ya, kalau aku salah mengartikan liriknya. aku nangkep sebisaku soalnya *halah* Maaf ya, keabsurdannya juga. itu kekuatan aku, untuk jadi absurd. ahaha xD
Lovee
@citr_
ask: ask.fm/cipat ^^
jajaja
BalasHapus