Minggu, 13 Juli 2014

Melted [14 B]

Nah, kan as I said before.
aku post bagian B nya.
Lagu Sepatu dari Tulus, recommended nih buat menemani membaca. haha,
Enjoy, guys :)



PART 14 B
Ify-Shilla
Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia
                Mid tes yang berlangsung seminggu berefek besar pada hubungan Ify dan Shilla. Jarak antara mereka semakin lebar. Ruangan Shilla yang terpisah dari Ify dan Alvin, membuat Ify susah untuk sekedar bertanya pendapat Shilla tentang ujian tadi. Dan Shilla sepertinya tidak mau repot-repot melakukan hal itu. Ia masih ingin masa tenang tanpa dipusingkan soal Rio dan Ify.
                Mungkin iya, kini mereka –Ify dan Shilla- adalah sepasang sepatu. Dekat tapi terasa jauh, ya meskipun jaraknya hanya sejauh kaki kanan dan kiri. Merekalah sepasang sepatu, tanpa pasangannya tak berguna. Tergeletak begitu saja dan akhirnya dibuang begitu saja.
                “Shilla.” Panggil Ify begitu Shilla keluar dari ruangan. Shilla menoleh dan tersenyum –untuk pertama kalinya sejak bertengkar- pada Ify. Ify tidak menyangka Shilla akan tersenyum begitu manis padanya. Gadis itu lantas berlari menghampiri Shilla dan merangkulnya. Hal yang ingin ia lakukan sejak seminggu lalu.
                Kehampaan yang Ify rasakan perlahan terisi. Gerak kaki manusia itu membawa sepatu itu hidup. Tak seperti sebelumnya, mati bagai tak berjiwa.
Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
            Ify kini tahu apa sebenarnya akar masalah semua ini. Setelah seminggu tak bertemu Shilla, ia benar-benar menginstrospeksi dirinya. Ini semua juga karena Ify terlalu takut. Ia takut untuk berterus terang pada Shilla. Iya, lagi-lagi seperti sepatu. Ify tidak takut berlari sekencang apapun sebenarnya, tapi ia khawatir Shilla akan kelelahan. Ia lebih suka berjalan dan memendam keinginannya untuk berlari untuk Shilla. Dan inilah kesalahannya, ia lebih memilih bohong karena ia kira Shilla akan baik-baik saja. Tapi, lihat sekarang? Shilla tidak baik-baik saja. Ify sadar sekarang Shilla sama sepertinya, ia ingin berlari, ia rela kehujanan. Karena ia tidak takut lelah, ia tidak takut kedinginan.

Ify-Rio
Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
           
                Desah napas Rio terdengar begitu kentara di telinga Ify. Namun sebisanya Ify tidak menoleh dan bertanya ada apa. Gadis itu tetap menatap lurus-lurus ke depan, pura-pura tidak mengacuhkan Rio.
                “Ify,” panggil Rio. Ify melirik Rio dari ekor matanya sebentar, masih tak berniat menoleh.
                “aku nggak suka kita yang kayak gini,” ujar Rio pelan. Memangnya Ify suka apa mereka yang begini? Ify juga nggak suka keleus, tapi keadaan yang memaksa Ify untuk begini. Pura-pura jadi dingin pada Rio.
                “Ify,” panggil Rio lagi. Kali ini Ify menoleh. Apa?
                “Aku minta maaf,” lanjut Rio sambil menatap Ify dalam-dalam. Ify melengos pelan.
                “Ify, aku nggak tahu harus gimana lagi.”
                Rio menghela napasnya kasar entah untuk yang ke berapa. Harus bagaimana lagi dia? Dia benar-benar tidak tahu. Selama ini, Ify lah kompasnya. Tanpa Ify, jelas ia akan tersesat. Selama ini, Ify yang pelan-pelan mengajari tentang kasih sayang. Tentang bagaimana mengubah perasaan dinginnya menjadi hangat.
                Tapi sekarang, sebuah keping masalah yang tidak disadari Rio telah ia ciptakan membuat mereka menjaga jarak. Kompas Rio tak mau menunjukkan kemana ia harus melangkah. Rio buta tanpa kompasnya. Rio sadar selamanya ia ingin tetap bersama kompasnya, kenyataannya ia tidak bisa apa-apa. Bahkan untuk sekedar menahan kompasnya untuk tetap disisinya pun dia tidak bisa.
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
            Rio menatap Ify yang tampak menunggu di depan kelas X-5.  Rio ingin menghampirinya tapi langkahnya terhenti saat Ify berdiri dan menyambut seseorang yang keluar dari pintu kelas. Orang itu Shilla. Ify tampak tersenyum saat Shilla merangkulnya.
                Rio berdecak pelan lalu melangkah menjauh. Hampa rasanya tanpa Ify, terlebih Ify tak mau bicara apapun dengannya seminggu ini. Jarak mereka terlalu jauh sekarang. Sepatu itu walau sepasang diletakkan di rak yang tidak lagi sama. Dan kaki yang biasanya menggerakan mereka sepertinya tak berniat meletakkan sepasang sepatu itu di rak yang sama lagi. Entah kapan, tapi sepatu itu sudah bersiap mati tak berjiwa, melupakan asyiknya berlari dan terkena hujan.
Ify-Shilla-Alvin
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya
                Alvin awalnya tak mempercayai penglihatannya sendiri saat Ify dan Shilla menghampirinya. Alvin sempat mengucek mata sipitnya kalau-kalau yang ia lihat hanyalah fatamorgana. Tapi pemandangan di depannya bukanlah fatamorgana, itu murni Ify dan Shilla.
                “Cieee.” Celetuk Alvin begitu saja. Terlalu banyak yang ingin ia katakana tapi hanya ‘cieee’ yang bisa keluar dari mulutnya. Ify dan Shilla sontak tertawa. Alvin jadi salah tingkah sendiri, lama ia tak mendengar tawa Shilla. Ia rindu gadis ini juga ternyata.
                “Pulang  yuk?” ajak Shilla. Ify dan Alvin menoleh padanya. Lalu mengangguk bersamaan. Sepertinya hari ini keduanya berikrar kemanapun Shilla akan bergerak, mereka akan mengikutinya. Shilla kini lah sang kaki manusia, dan Ify dan Alvin adalah sepatunya. Kemanapun Shilla melangkah mereka siap mengikuti gerak kakinya. Kalaupun Shilla memutuskan untuk menyimpan mereka di kotak, mereka tak akan menolak. Karena Shilla kotak kosong membosankan itu bisa menjadi playground mereka yang menyenangkan.
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan
            Bang boris memandang tiga remaja yang berjalan menuju angkotnya heran. Sudah seminggu lebih mereka tak merusuh di angkotnya. Bang boris melambaikan tangan saat tiga orang itu semakin dekat. Ketiganya pun sama, membalas lambaian bang Boris bahkan lebih heboh.
                “Tumben kali,” ujar Bang Boris sambil memandangi mereka satu-satu.
                “Bilang aja kangen,” celetuk Shilla, salah satu dari tiga orang tadi. Bang Boris hanya nyengir.
                “Zudah, masuk sana. Aku butuh teman ngetem ini,” perintah Bang Boris yang langsung disanggupi ketiganya. Di dalam kendaraan umum itu ketiganya duduk berdampingan. Lalu hening, tidak ada yang bersuara. Entah kemana terbangnya keakraban mereka tadi.
                Shilla yang merasa paling canggung saat ini. Padahal, tadi ia yang paling banyak membuat tertawa. Rasa takut itu muncul lagi. Sang kaki manusia mulai ragu untuk berlari. Sang pemilik hati mulai takut untuk jujur.
                Sang kakipun berhenti, takut sepatunya lelah. Shilla akhirnya diam saja, tidak akan mengungkit masalah mereka dahulu. Biarlah seperti ini, ia masih ingin tertawa tanpa beban masalah itu sejenak. Shilla tidak akan bilang apa-apa, ia takut ribuan panah itu akan membuat jarak antara ia dan dua sahabatnya, Alvin dan Ify.

Rio-Shilla
Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu.
                Shilla berjalan-jalan sebentar sore ini. Sudah lama juga ia tidak berkeliling di wilayah dekat rumahnya. Sekalian merefresh isi kepalanya yang membuat cewek itu hampir gila. Tidak banyak yang berubah di kawasan tempat tinggal Shilla padahal Shilla sudah lama tak menengoknya.
                Shilla menghela napasnya, coba saja persahabatannya dengan Ify dan Alvin sama seperti kawasan ini. Tidak berubah meskipun telah ia tinggalkan begitu jauh. Tapi mustahil kedengarannya. Semuanya pasti berubah, apalagi kalau Shilla memilih pergi dari pada bertahan.
                “Shilla,” suara baritone yang sudah lama tak didengar Shilla memanggil gadis itu. Shilla refleks menoleh ke belakang.
                “Rio,” gumam Shilla. Lalu menatap ke depan lagi. Parah, hatinya masih bergetar hebat di hadapan pemuda es itu.
                “Shilla.” Panggil Rio lagi. Shilla membatin sebal ‘berhenti manggil gue Rio, berhenti.’
                “ada apa?” jawab Shilla –mencoba- ketus. Rio diam saja sambil menatap punggung Shilla.
                “Ada apa? Jawab!” bentak Shilla yang tiba-tiba sudah menghadap Rio.
                “Mau apa lagi, ha?” bentaknya dengan suara yang bergetar, jelas shilla sedang menahan air matanya agar tidak keluar. Shilla menahan lukanya agar tidak menganga lagi.
                “Shilla, aku cuma mau minta maaf,” ujar Rio lirih sambil menatap nanar gadis di depannya itu. Shilla tertawa miris mendengarnya. Maaf kata Rio? Mudah sekali, hahaha. Tapi toh, Shilla mengangguk samar.
                “Udahlah. Nggak usah lagi sok-sokan muncul di depan aku.” Tukas Shilla. Shilla menarik napas sebelum menyelesaikan percakapan ini.
                “Udahlah, yo. Nggak usah muncul-muncul di depan aku lagi. Biar nanti aku yang nyari kamu kalau aku butuh maaf kamu. Udah yo, kamu pergi aja. Kamu disini Cuma buat aku sedih. Buat aku sakit.” Rio hanya bergeming,
                “Aku sayang kamu, yo. Tapi kamu sayangnya sama Ify.”
                “Yo, cinta itu banyak bentuknya,kayak aku ke kamu. Tapi yo, aku lupa kalau nggak semuanya bisa bersatu kayak aku sama kamu.” Shilla menyelesaikan kalimatnya diiringi Kristal yang perlahan membasahi pipinya.
                Rio masih berdiri disana. Ia tertampar keras oleh perkataan Shilla. Lalu Rio menepuk pelan puncak kepala Shilla.
                Sang kaki ambruk akhirnya, ia terlalu lelah berlari. Tapi satu hal, estafetnya telah ia selesaikan satu putaran. Masih ada putaran yang lain, masalahnya yang lain menunggu untuk diselesaikan.
Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu.

**
Sudah ya. wkwk, absurd nggak sih?
Aku mau coba ala-ala Song fiction gitu eh tapi malah jadinya gini. Ya, nggapapalah xD. part ini sebenarnya penggembira saja, ditulis soalnya jatuh cinta sama lagunya <3 Maaf ya, kalau aku salah mengartikan liriknya. aku nangkep sebisaku soalnya *halah* Maaf ya, keabsurdannya juga. itu kekuatan aku, untuk jadi absurd. ahaha xD
Lovee 
@citr_ 
ask: ask.fm/cipat ^^

1 komentar:

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang