Senin, 07 Juli 2014

What If (Cerpen)

Di balik jendela, Ify termenung. Memandang ke halaman luar rumahnya, mengusir jenuh setelah dua jam belajar kimia. Angin sepoi-sepoi perlahan masuk membelai wajah Ify, membuatnya mengantuk, sekuat tenaga Ify menahan agar kelopak matanya tak tertutup. Namun gagal, perlahan ia menutup matanya. Terbang sebentar ke alam khayal.

What if I give you my smile, are you gonna stay for awhile 


Ify mematut dirinya di depan cermin, memasang senyum dengan berbagai versi dan pose. Mulai dari senyum biasa aja, senyum ramah, senyum cantik, senyum sinis, sampai senyum yang nggak senyum. Setelah sadar, yang ia lakukan adalah konyol, Ify beranjak dari depan cermin menuju ruang tamu. Ify melengkungkan bibirnya membentuk senyum saat mendapati Ibunya di sana. Mama Gina membalas senyum manis Ify lalu memanggil putrinya supaya ikut duduk santai bersamanya.
"Tumben, teteh senyum-senyum," ujar Mama sambil mengelus rambut panjang Ify. Ify menatap Mamanya sebentar lalu dalam hati membulatkan tekadnya untuk bertanya.
"Emang iya ya Ma, kalau satu senyum itu bisa memulai suatu hubungan?" tanya Ify dengan wajah polosnya. Mama mengelus puncak kepala Ify lagi.
"Iya, lewat senyum kita bisa menyampaikan salam kita ke orang lain," jawab Mamanya. Ify mengangguk mengerti.

"Apa dengan satu senyuman Ify bisa membuat seseorang ada di sisi Ify terus, Ma?" tanya Ify lagi. Mama mengedikkan bahu.
"Coba saja, Fy," jawab Mama dengan senyum jahil. Ify manyun, lalu beranjak dari kursi. 
"Aku mau jalan-jalan sebentar," pamitnya lalu melangkah keluar rumah.

Sore itu, matahari tertutup awan kelabu. Awan berarak, begitu prediksi cuaca yang tertera di layar ponsel Ify. Ify menyusuri jalan kompleks menuju ke lapangan, siapa tahu ada anak kecil bermain layangan jadi Ify bisa mengganggu mereka, batin Ify jahil. Begitu sampai, Ify menengok ke kanan dan kiri, lapangan itu sepi. Tapi, ada senar panjang untuk bermain layang-layang. Dan di langit sana ada sebuah layang-layang yang meliuk-liuk tertiup angin.

Terdorong rasa penasarannya, Ify mendekati senar itu. Dan berikutnya, Ify asyik memainkan layang-layang itu. Ify memang ahlinya, maklum waktu kecil ia sering bermain layangan bersama abangnya, Eizel. 
"Woy, siapa lo?" teriak seorang pemuda dengan layang-layang beraksen merah-putih di punggungnya. Ify menoleh lantas tersenyum sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V.
"Damai bang, damai," ujar Ify ngeri melihat pemuda di depannya. Bagaimana tidak, pemuda itu keling dan anak layangan banget menurut Ify. 
"Damai biji mata lo," damprat pemuda itu dengan aksen khas betawi. Ify tersentak lantas tersenyum polos.

Iya, Ify mencoba cara yang ia tanyakan pada mama tadi, apakah satu senyuman bisa memulai sebuah hubungan...

*
Ify mengerjap, kenapa ia jadi memikirkan pertemuannya dengan pemuda tengil dan keling itu. Hih, Ify bergidik sendiri. Kenapa juga ia memberikan si keling itu senyumannya, secara tidak langsung kan Ify mau berteman dengannya. Ih, Ify jadi kesel sendiri gini deh. Keling-keling, kenapa sih harus kamu yang Ify temui di lapangan tempo hari.

What if I give you my story, are you gonna listen to me?

Ify berjalan menuju dengan perasaan gelisah, nanti ia ulangan Kimia. Iya sih, Ify kemarin belajar tapi melamunnya lebih banyak dan parahnya yang lamunin Ify itu......
"Woy! Anak layangan!" suara teriakan itu tak asing lagi deh buat Ify. Ify berusaha keras tidak menoleh.
"Songong amat dah lu bocah," teriaknya lagi. Ify mempercepat langkahnya, tak mau berurusan dengan empunya suara.
"Mau lari kemane lu bocah?! Haha." kini Ify tak bisa kemana-mana lagi. Tangannya dicekal oleh si empunya suara.
"Ih, Keling. Lepasin, gue mau ke kelas nih. Buru-buru," ujar Ify sok galak. Iya, si pemilik suara itu si Keling, anak layangan yang waktu itu. Kalau mau tahu, nama aslinya Rio. Tapi menurut Ify namanya kebagusan buat cowok hitam agak-agak manis ini, jadi deh Ify menjulukinya Keling.
"Kelang-keling, nama gue Rio tau." damprat si Keling eh Rio. Ify manyun.
"Yaudah, lepasin dong Rio." ujar Ify sok manis. Rio melepas cekalan tangannya membuat Ify segera kabur ke kelas meninggalkan Rio sendirian.
"Dasar,"

Ify segera duduk di bangku kosong yang tersisa. Hah, sial! Gara-gara Rio Keling itu kan Ify jadi nggak bisa duduk sama Via. Duh, nasib ulangan Ify nanti gimana dong? Ify harus tanya rumus ke siapa kalau lupa. Ih, dasar Keling nyebelin!

"Kusut amat tuh muka kayak belon disetrika," sapa Rio saat istirahat. Ify membuang muka ke arah lain. Baru juga selesai ulangan Kimia eh istirahat malah ketemu sama manusia Karbon.
"Ih jauh-jauh deh lo dari gue manusia karbon," usir Ify galak pada Rio. Rio pun minggir dan membiarkan gadis itu lewat. Riopun mengekor Ify yang berjalan menuju kantin.

"Keling ngapain sih ngikutin gue mulu kayak anak ayam," dengus Ify pada pemuda yang kini duduk semeja dengannya di kantin. Rio tampaknya tidak peduli dan asyik menghabiskan jajanannya. Ify menggerutu pelan, tapi kali ini bukan perihal Rio. Ini perihal ulangannya tadi, biarlah ia dikata orang gila. Mau gimana lagi, ini sudah kebiasaan Ify, mengomel pada dirinya sendiri.

"Cantik-cantik agak gila juga ya, lo." komentar Rio pada gadis di depannya yang sibuk bicara sendiri. Ify tak menoleh pada Rio.
'bodo amat,' batin Ify kesal.
"Eh, nama lo siapa?" tanya Rio tiba-tiba, mengingat ia belum tahu siapa nama gadis ini.
"Ify," jawab Ify singkat. Rio manggut-manggut mengerti. Ify menghentikan aksinya bicara sendiri lalu menatap kosong pada es jeruknya.
"Ify lagi mikir apa sih?" tanya Rio kepo. Ify mendongak dan mendapati Rio menatapnya penasaran.
"Eh, sorry sorry. Gue kepo ya?" Rio menggaruk tengkuknya salah tingkah. Ify menggeleng.
"Kalau gue cerita apa lo bakal dengerin gue?" tanya Ify lirih dan terdengar sendu. Rio mengangguk kaku.
"Iye, gue dengerin kok." jawab Rio.

Ify perlahan mengembangkan senyumnya, setelah sekian lama. Ia menemukan seseorang yang bersedia mendengarkan keluh kesahnya. Dan orang itu adalah si Keling Rio. Dialah pemuda yang pernah ia beri senyum polos sebagai salam perkenalan.

*
Ify masih berkutat dengan berbagai spekulasinya tentang sosok baru yang hadir dalam hidupnya. Dia Rio, pemuda yang ia temui saat ia asyik menerbangkan layang-layang di lapangan. Pemuda dengan tampang khas Indonesia dan logat betawi yang teramat kental. Pemuda itu orang kedua setelah Via yang mau duduk manis di sampingnya mendengar celotehan Ify. Sesekali, pemuda itu juga menimpali ocehan ify dengan hal-hal yang lucu. Pemuda itu, satu-satunya cowok yang benar-benar Ify perhatikan sepanjang masa sekolah Ify. Dia, -aduh bagaimana Ify menyebutnya- mungkin cinta pertama Ify.

What if I give you my heart?
Are we never gonna be apart?

Via menatap heran Ify yang seharian saja melamun.
"Ify? nggak aus melamun terus?" tanya gadis itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Ify. Ify pun mengerjap.
"Ada yang mau lo ceritain?" selidik Via. Ify mengangguk, ada banyak yang ingin ceritakan pada Via. Dan ini mengenai si penerbang layang-layang yang diam-diam menerbangkan hati Ify, Rio keling.
"Gue..." Ify menimang perkataannya, ragu-ragu. Harus ya ia bilang pada Via? batin Ify konyol.
"Gue suka sama cowok," ungkap Ify lirih dan tertawa malu-malu. Via tersenyum mengerti, pantas saja Ify agak ragu menceritakan masalah ini padanya. Ify belum punya track record apa-apa soal suka-sukaan, soal cinta-cintaan.
"Sama Keling-keling itu?" tanya Via sambil terkekeh. Ify menggembungkan pipinya sebal.
"Namanya Rio tahu," dengus Ify sebal. Eh, Ify tertegun sendiri. Untuk pertama kalinya, ia tidak rela ada yang menyebut Rio 'Keling' selain dirinya.
"Iya,iya tapi gapake ngebentak juga keles." Via menjitak pelan Ify.
"Ih, Via. Kok Ify malah dijitak. Ify harus gimana nih?" rajuk ify dengan tampang memelas.
"Yaudah. Nikmatin aja dulu," jawab Via sekenanya. Ify sebal, salah juga tanya sama Via yang cablak ini. Via sama Ify kan sebenarnya sama, sama-sama nggak ngerti cinta-cintaan. Tapi, Via lebih beruntung dia udah punya doi, si Alvin juragan HP di glodok, eh?
"Via, apa kalau gue suka sama Keling eh Rio. Rio juga bakal suka ke gue?" tanya Ify serius.
"Kalau Rio nggak maho suka kali ya," jawab Via sambil memainkan hpnya.
"Ih via serius," semprot Ify sambil meraih hp Via. Via berdecak pelan.
"Hati manusia siapa yang tahu sih, Fy. Ada kemungkinan iya dan ada juga enggaknya. Ya, kalau lo diem-diem aja sukanya kemungkinan besar sih si Keling itu nggak tahu dan kecil kemungkinan bakal bales perasaan lo," Ify menatap Via serius.
"Kalau lo tunjukin, pelan-pelan Rio pasti ngerti. Dan atas izin Tuhan bisa jadi Rio suka juga sama lo. Jadi ini semua tergantung usaha lo juga, Ify. Dapat-tidaknya pacar berbanding lurus dengan besar-kecilnya usaha pdkt, Fy," Via mengakhiri ceramahnya lalu mengambil lagi hpnya di genggaman Ify.

Ify merenungi wejangan Via kemarin sore. Besar-kecil usahanya menentukan dapat-tidaknya si Keling. Ify menghela napas, sudahkah ia berusaha mengusahakan keling sebaik-baiknya.

"Ngalamun aja sih, Fy." suara khas itu, suara orang yang sedang Ify lamunkan, Rio.
"Ada masalah lagi?" Ify ingin mengangguk mendengar pertanyaan Rio.
"Enggak kok," sahut Ify.
"Main layangan yuk." ajak Rio sambil menyodorkan seperangkat senar dan layangan pada Ify.
"Nggak ada, angin. Keling." jawab Ify malas.
"Ibaratnya nih yo. Lo suka sama orang tapi nggak usaha buat nunjukinnya, sia-sia. Nah, kita main layangannya juga bakal sia-sia kalau nggak ada anginnya," celetuk Ify tiba-tiba. Rio menoleh pada gadis itu. Ify segera menutup mulutnya, barusan ia bilang apa? Kenapa jadi curhat? Ih, dasar Ify.

"Lo lagi suka sama orang?" tanya Rio tertarik. Ify mendengus pelan, tak berniat menjawab. Ia memilih bangkit dan meninggalkan lapangan itu.
"Ify, tunggu!" teriak Rio. Lalu dengan langkah besar-besar, pemuda itu menyusul langkah Ify.
"Gue juga lagi suka sama orang," ujarnya. Ify menoleh dan menatap Rio sebal.
"Ih lo nggak boleh suka sama orang," sergah Ify yang tiba-tiba berhenti. Rio pun menghentikan langkahnya.
"Kenapa nggak boleh. Suka-suka gue lah mau suka sama siapa." balas Rio santai. Ify mengerucutkan bibirnya, sebal. Pada dirinya sendiri dan juga Rio.

cmon baby be mine
cause you're the one I wanted to be....

Semenjak sore itu, Ify tak bicara lagi dengan keling. Kata Via itu wajar, kadang-kadang ada fase diem-dieman dulu dalam sebuah fase pdkt. Eh, tapi? emangnya Rio dan Ify bisa disebut pdkt? Ah, sebodo teuing lah.

"Ify!!" Panggil suara yang paling Ify rindukan, Kelingnya, Rio. Ify berhenti dan berbalik. Rio tersenyum manis mendapati Ify berhenti. Ify sadar, Rio bukan keling lagi sekarang dia Sparkeling eh Sparkling, senyuman pemuda itu teramat manis dan bercahaya di mata Rio.
"Eh," Ify salah tingkah sendiri.
"Gue minta maaf ye," ujar Rio dengan logat betawinya.
"Soal nyang dulu itu, di lapangan." lanjutnya dengan tatapan tak terbaca.  Ify mengangguk.
"Gue juga," ungkap gadis itu.
"Emm, Fy. Gue mau ngomong nih sama lo?" Ify terdiam sesaat.
"Ngomong apaan?" tanya Ify penasaran.
"Nggak disini, ntar sore. di lapangan ye?" jawab Rio dengan senyum canggung. Ify mengangguk menyanggupi.

Sorenya....

Ify duduk bersila menunggu Rio di lapangan seperti janji mereka tadi. Angin membelai rambut Ify.
"Ada angin," Ify berujar pelan. Lalu ia diam dan memejamkan matanya sebentar.

What if I give you my smile?
Are you gonna stay for a while?
What if I put you in my dreams tonight?
Are you gonna stay until it's bright?


Suara lembut membuat Ify membuka mata dan menoleh ke belakang, ada rio disana menenteng gitar eh tepatnya memainkan gitar dan Riolah pemilik suara lembut itu. Pemuda itu menyanyi untuk Ify. Aduh mama sayange, pipi Ify merona merah seketika.

What if I do ignore you
Will you just walk away and cry?
What if I did disappoint you?
Are you gonna say goodbye?


Ify meresapi lirik yang dinyanyikan Rio. Sebuah pertanyaan yang juga menjadi keresahan Ify juga. Tapi kalau Rio mau tahu jawabnya, tidak ia tidak akan menjauh begitu saja dan mengucapkan selamat tinggal, ia akan berusaha untuk bertahan.

Come on baby try harder
Come on baby light my fire
Come on baby be mine
'Cause you're the one I wanted to be


Ify tertegun mendengar lirik terakhir you're the one I wanted to be, itu artinya Ify seorang lah yang diinginkan Rio untuk bernyanyi bersama, untuk main layangan bersama, intinya rio ingin Ify lah yang bersamanya.

"Gimana, Fy? Lo mau?" tanya Rio serius setelah selesai bernyanyi.
"Mau apa?" tanya Ify polos. Rio berdecak pelan, bisa-bisanya Ify seperti ini. Setelah ia mati-matian menghapal lirik berbahasa inggris, ih Ify membuatnya gemas.
"Mau main layangan?" jawab Rio gemas. Ify manggut-manggut.
"Gue kira tadi lo nembak gue, tahunya ..." ujar Ify pura-pura kecewa.
"Nah itu tau, pake nanya segala kayak mak-mak rempong," gerutu Rio sambil mencubit pipi Ify.
"Nembak orang itu harus sabar sama mintanya baik-baik." sahut Ify sok polos.
"Lo mau apa kagak? Kalau kagak yaudah. Jawab mau apa kagak aja susah," dengus Rio. Kini Ify yang mencubit pipi Rio. Dasar keling, nggak bisa romantis sedikit.
"Iye, iye mau." jawab Ify akhirnya sambil terkekeh. Rio bersorak mendengar jawaban Ify, lalu dengan gerakan cepat ia menarik Ify dalam pelukannya.
"Ih, keling lepas. ntar gue ketularan keling lagi," ronta Ify sambil meninju Rio pelan.
"Sialan. Udah jadian masih aja ngatain gue keling, dasar anak layangan." balas Rio sambil menoyor Ify.

Ify hanya tersenyum polos lalu meraih gitar Rio yang tergeletak begitu saja di tanah lapang.

What if you leave me right here? dendang Ify sambil memetik gitar Rio. Rio tersenyum manis pada gadis itu lalu menyahuti.
I'm right here and waiting for you...
*
 hahaha, gatau nih nulis apaan. liat draft di blog dan kepikiran nerusin tulisan ini begitu saja. alurnya nggak jelas emang, ceritanya apa lagi, cuma nulis seenak kening aja ini mah-____- maklumin aja, baru belajar(?) btw, itu lagunya Mocca - What If *nggak ada yang nanya*
Jadi, tolong beri saya tanggapan kamu iya kamu tentang cerpen gagal ini.
muehehe.

0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang