Kamis, 24 Juli 2014

Melted [16]

Haloo, kembali lagi dengan cerita ini, kekeke :D

check it out ^^



PART 16
                Suasana di venue pensi belum menunjukkan keramaian yang berarti. Baru ada panitia beserta awak media dari beberapa tabloid remaja ternama yang berada di venue ini. Shilla, Kiki, dan Ozy juga termasuk diantara orang-orang yang sibuk berlalu-lalang disana.
                “Shillaaaa!”
                “Eh, Serra.” Sahut Ozy sambil tersenyum lebar dan melambai ke cewek itu. Serra sendiri bergidik ngeri, yang dipanggil Shilla kok yang nyaut malah Ozy, batinnya kesal.
                “Gue manggil Shilla ya, please.” Ujar Serra sambil melirik Ozy tajam. Shilla dan Kiki terkikik pelan. Kasihan juga ozy ditolak mentah-mentah sama Serra.
                “Ada apa Serra?” tanya Shilla akhirnya. Serra pun menarik lengan Shilla.
                “Jalan-jalan bentar.”
                “Serra, kita boleh ikut nggak?” tanya Ozy. Nggak ada kapoknya ya ini cowok.
                “Enggaaak!” jawab Serra galak lalu membawa Shilla entah kemana.
*
                “Keren kan, Shill?” tanya Serra pada Shilla yang kini tengah melongo di back stage. Bagaimana tidak melongo, kini di hadapan Shilla tengah ada pengisi acara, baik itu dari anak-anak Labsky sampai Raisa.
                “Lo satu-satunya anak SMA lain yang gue bolehin ngeliput serunya backstage.” Ucap Serra antusias. Shilla mengangguk-angguk antusias. Pantas saja, daritadi ia celingukan tidak ada anak SMA yang sibuk potrat-potret atau tanya-tanya ke pengisi acaranya selain dia.
                “Thankyoouu, Serra” balas Shilla sambil merangkul Serra erat.
                “Iya, anytime.”
                Well, sekarang Shilla mulai darimana ya? Shilla jadi bingung sendiri. Mau wawancara yang nari Saman eh masih sibuk sama mas-mas wartawan. Sama THE SIGIT masih dipotret juga. Eh, itu ada satu yang nganggur. Baru selesai dandan, Shilla pun menghampiri sosok itu.
                “Emm, Kak Raisa? Boleh wawancara sebentar?” tanya Shilla menahan kegirangannya bertemu Raisa. Raisa menoleh lembut lantas mengangguk.
                “Boleh”
[]
                Ify dan Alvin keluar dari kerumunan yang ikut bernyanyi bersama Raisa. Capek juga berdiri dan melompat-lompat di tengah kerumunan banyak orang.
                “Lo nggak sama Rio?” tanya Alvin saat mereka berhasil menepi. Ify mendongak, lalu menggeleng pelan.
                “Dia sama Iyel. Katanya sih.” Sahut Ify seadanya lalu menjatuhkan dirinya di tanah.
                “Shilla, mana ya? Kok nggak kelihatan.” Ify menerawang jauh ke depan. Alvin tak menyahutinya. Ia ikut menerawang ke arah kerumunan juga. Tiba-tiba pemuda itu ingat Shilla. Shilla yang tak pernah mau keluar dari kerumunan orang saat menonton pensi maupun konser sampai acaranya benar-benar selesai. Menepi sebentar saja Shilla enggan.
                “Nikmatin aja lah, Vin desek-desekkannya. Let the music take you to another space.”  Shilla pasti akan bilang begitu jika Alvin mengajaknya menepi sebentar.
                Sekarang, dimana Shilla? Apa ia juga berdesakan dan bernyanyi bersama di kerumunan sana. Alvin tidak tahu dimana gadis yang tanpa ia sadari selalu memenuhi pikiran dan hatinya.
                “ify! Alvin!” panggil gadis berkaos ‘Sea You Tomorrow’. Serra rupanya.
                “Serra. Long time no see!!” pekik Ify girang lalu merangkul teman SMPnya itu.
                “Iya nih, fy! Kangen gue sama lo.” Balas Serra.
                “Apa kabar lo, vin?” Serra melirik Alvin.
                “Ya, gini deh. Baik-baik kok gue, haha.” Jawab Alvin sambil tertawa.
                “Eh, lo liat Shilla nggak, Serr?” tanya Ify. Tiba-tiba saat melihat Serra ia teringat Shilla.
                “Tadi sih di back stage. Nggak tahu deh kemana tu bocah. Paling juga udah di sono noh.” Serra menunjuk ke depan panggung.
                “Kalau temennya Shilla siapa tuh Kiki sama Ozy, iya bukan? Eh? Sama gue mulu tuh,” Serra menatap malas ke dua cowok yang sedari tadi membuntutinya.
                “Dasar modus.” Cerca Alvin pada keduanya. Namun, Kiki dan Ozy tampak cuek saja.
                “Eh, gue duluan ya. Mau cek stand jajanan dulu, see yaa” pamit Serra. Serra lalu melenggang menuju utara panggung utama, tentu saja dengan Kiki dan ozy yang masih saja mengekori Serra.
                Sekarang aku tersadar, cinta yang kutunggu tak kunjung datang
                Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi
                Suara Raisa membelai lembut indera pendengaran Ify. Lagu yang sempat menjadi most played di play listnya kini secara live didengarkan Ify. Rasa sesak itu menggelitiknya namun hilang begitu saja saat suara baritone itu memanggilnya.
                “Ify lo disini?” Rio terdengar lega saat mengatakannya. Ify mengangguk antusias entah kenapa.
                “Uhhuuuk.” Alvin menyadarkan Ify kalau bukan hanya ada rio dan Ify saja disana.
                “Vin…” cicit Ify pelan. Alvin tersenyum tipis.
                “Gue jalan dulu ya nyari minum, haus. Lo sama Rio nggak apa-apa kan?” ujar Alvin lalu melenggang pergi begitu saja sebelum Ify bilang iya. Ify mengerucutkan bibirnya sebal.
                “Kamu nggak mau berdua aja sama aku?” tanya Rio. Uh, sadar diri juga dia, batin Ify.  
                “Bukan gitu.” Ify mencoba mengelak pertanyaan Rio tapi otaknya tidak bisa menyusun alasan yang pas.
                “Yaudah yuk. Ikut aku, jalan-jalan sama Sivia sama Juniel juga.” Ajak Rio sambil menarik tangan Ify. Memaksa Ify mengikutinya menyusuri pantai Ancol ini.
                ‘double date?’ batin Ify random.
[]
                Baru sekali ini Shilla menepi dari konser, baru sekali ini Shilla merasa baik-baik saja melewatkan lagu-lagu yang dinyanyikan di atas panggung itu. Shilla merasa baik-baik saja tidak seperti biasanya, dia tidak mengomel karena harus keluar dari kerumunan. Rasanya berbeda, Shilla merasa tenang. Itu saja.
                Deburan ombak yang Shilla dengar, itu saja. Deburan yang saling mengejar, saling berebut untuk mencapai garis pantai atau saling berebut untuk sekedar menghempas karang. Shilla diam, fokus menatap bentangan biru di depannya. Ia baru sadar satu hal, ia suka eh tidak ia uhm… jatuh cinta dengan pantai.
                Shilla menjatuhkan dirinya di pasir pantai yang empuk begitu saja setelah beberapa menit ia berdiri. Shilla seolah bersemedi, ditemani angin laut yang menerbangkan anak-anak rambutnya juga deburan ombak yang berkejaran itu. Shilla memejamkan mata, menikmati suasana ini. Lalu, gadis ini mulai menyelami sisi terdalam hatinya, mencoba menemukan kotak pandoranya yang sudah cukup lama tenggelam.
                Dan apa yang ditemukan Shilla setelah menyelami hatinya? Bongkahan kecil es yang tidak Shilla sadari ternyata mulai mengkristal di sudut hatinya. Es itu mengenai hatinya. Shilla menggeleng pelan, tidak mungkin. Bagaimana bisa? Tanpa gadis itu sadari air matanya telah mengalir, membahasi pipinya.
                Apa penyesalannya telah menyukai seorang Junio penyebab Kristal es ini? Atau sikapnya yang seolah tak menganggap keberadaan Ify dan Alvin penyebabnya? Atau jangan-jangan keduanya adalah sebab utamanya. Shilla semakin sesenggukan, ia tidak mau jadi dingin, ia tidak mau jadi seseorang dengan hati yang membeku seperti Hans di film Frozen. Shilla tidak mau. Bahu Shilla bergetar hebat, tangisnya makin pecah. Shilla tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak punya tempat untuk berbagi –selain dirinya dan Tuhan- ia butuh orang lain sekarang. Tapi tidak ada, mengingat orang yang paling Shilla percaya untuk semua keluh-kesahnya ternyata sudah Shilla usir pelan-pelan dari hidupnya. Shilla tidak tahu lagi harus bagaimana? Ya Tuhan, Shilla butuh teman.
*
                Dari kejauhan, Alvin menahan sesak di hatinya. Itu shilla, gadis yang sedang duduk dengan bahunya yang naik turun. Shilla sedang apa? Batin Alvin khawatir. Menangiskah shilla sekarang? Kalau iya kenapa? Pertanyaan itu silih berganti melintas di pikiran Alvin.
                Alvin melangkah mendekat, semakin sesak saja melihat shilla menangis. Jaraknya kini tinggal satu meter di belakang shilla. Terlalu jahat jika Alvin tiba-tiba memutuskan untuk berbalik saja.
                “Shil-la.” Panggil Alvin pelan. Cukup didengar Alvin saja.
                “Shilla.” Panggil Alvin sekali lagi, kali ini ia agak mengeraskan volumenya. Alvin tahu, berharap Shilla menoleh itu tidak mungkin. Suaranya tertelan deburan ombak, Alvin tahu itu. Alvin menghela napasnya, lalu berjalan menghampiri Shilla. Baru selangkah, Shilla menoleh ke arahnya, gadis itu tersenyum getir dengan air mata yang belum mengering. Alvin entah kenapa langsung ambruk. Melihat secara langsung air mata Shilla menohok batinnya.
                “Shill..la.” gumamnya terbata. Shilla bangkit dari tempatnya, Alvin tahu ini pasti akan terjadi. Shilla tidak mau melihatnya sekarang apalagi Alvin telah memergoki gadis itu menangis. Shilla pasti akan menyendiri di tempat lain.
                Tapi, Alvin salah nyatanya. Gadis itu menghampirinya, memeluknya erat. Dan juga gadis itu menangis di bahunya.
[]
                Ify mengelap peluhnya yang sejak tadi membasahi dahinya. Dia dikerjai Rio rupanya. Huh, dasar! Baru juga sebagian es di hatinya mencair langsung seperti ini. Ify sekarang bukannya sedang asyik double date melainkan sedang mengipasi jagung bakar. Rio mengajaknya berbisnis. Jiwa entrepreneurship Rio dan Iyel sedang keluar jadinya Ify dan Sivia asyik dengan puluhan ehm bahkan ratusan bonggol jagung.
                “Capek ya, Fy?” tanya Juniel sambil menyuplai jagung-jagung untuk dibakar Ify.
                “Masih bisa nanya?!” jawab Ify ketus sambil mengoles bumbu ke jagung-jagungnya. Juniel hanya nyengir.
                “hehe, maaf deh, Fy. Kan seru kalau double date nya gini. Untung banyak juga kan? Hehe,” tukas Juniel. Ify mengangguk saja. Iyain aja biar cepet, batinnya. Juniel kemudian meninggalkan Ify mengipasi jagung sendiri, ia kembali ke mobilnya. Pasti mengambil lebih banyak jagung lagi, batin Ify gusar. Niatnya ke pensi labsky mau senang-senang, tapi ia berakhir dengan ratusan bonggol jagung ini, ugh!
                “Fy? Mau aku gantiin?” Sivia dengan senyum manisnya mendekati Ify. Ify sontak mengangguk.
                “Mau banget.” Ujarnya sambil tertawa. Sivia pun mengambil alih posisi Ify. Ify melemaskan tangannya yang kaku karena mengipas tadi. Uhh, leganya. Batin gadis itu.
                “Ify? Emm, aku mau tanya sesuatu boleh?” tanya sivia pelan. Ify menoleh ingin tahu ke arah gadis yang anggun itu. Ify mengangguk.
                “uhh, itu soal Shilla.” Sivia menatap Ify ragu. Gadis berambut pendek itu tahu pertanyaan itu terdengar sensitif. Tatapan ify mendadak sendu saat ia mendengar kata ‘Shilla’.
                “Ify, aku tahu kalian udah berteman lama jangan sampailah persahabatan kalian putus gara-gara masalah ini. Bukan apa-apa, aku nggak mau kalian jadi kayak aku yang dulu, fy.” Tutur Sivia lembut. Ify menghela napas berat lalu menjatuhkan dirinya di kursi.
                “Gue harus gimana, Via?” tanya Ify dengan suara parau. Sivia menghentikan aktivitas membakar jagungnya lalu menghampiri Ify. Gadis itu menyentuh bahu Ify lembut.
                “Kalian harus berani buat ngomongin ini semua.” Tutur Sivia lembut.
                “Aku tahu kamu sudah siap dengan segala konsekuensinya, Ify. Tapi kamu takut, iya kan?” lanjut Sivia sambil menatap Ify lembut, gadis itu berusaha meyakinkan Ify untuk berani.
                “Aku nggak cuma nyuruh kamu berani, aku juga dulu pernah bilang ke Shilla buat berani kok, Fy.” Sivia tersenyum lembut, hal favorit Ify dan Shilla. Ify mengangguk.
                “Iya, gue bakal coba berani.” Jawab Ify sembari tersenyum. Sivia lalu merangkul gadis itu, ah Ify jadi rindu pelukan Shilla.
                “Come on, girls. Kita punya banyak pelanggan sekarang, bukan waktunya curhat woyy.” Juniel dengan gaya bossynya menegur kedua gadis itu. Sivia mengerucutkan bibirnya lalu memukul Juniel pelan.
                “Please, ini lebih penting dari jagung bakar kamu itu.” Omel Sivia. Ify hanya terkekeh pelan, Sivia juga bisa ngomel ternyata, haha.
[]
                Alvin mengelus punggung Shilla, mencoba menenangkan gadis di pelukannya ini.
                “Udah, Shill. Udah,” gumam Alvin lirih, menahan sesaknya sendiri. Shilla sepertinya tak mendengarkan Alvin. Ia masih menangis, bahkan lebih keras.
                “Alvin, maaf.” Lirih Shilla di sela tangisnya. Alvin mengejang sesaat, kenapa Shilla minta maaf?
                “Bukan salah kamu, Shilla.” Jawab Alvin pelan. Shilla melepaskan dirinya dari Alvin.
                “Bukan salah gue?” tukas Shilla sambil mengusap air matanya kasar. Alvin menggeleng.
                “Terus?” tanya Shilla bingung.
                “Kita omongin bareng Ify ya, Ok?” tawar Alvin. Shilla mengangguk. Shilla menghadap depan lagi, menatap laut. Ombak itu, bagai ia, Ify, dan Alvin. Saling mengejar, berusaha mencapai karang hanya untuk melapukkannya ibaratnya mereka saling mengisi luka, huh! Tapi, tidak lagi, sebentar lagi mereka tidak akan seperti itu. Karena sejauh-jauhnya ombak itu mencapai garis pantai, ia akan kembali ke hamparan laut yang luas. Sejauh-jauhnya jarak Ify, Shilla, dan Alvin sekarang mereka pasti akan kembali ke pelukan persahabatan.
*
                Rio memandang Ify yang sedari tadi tampak gundah. Stand jagung bakar si kembar masih ramai tapi Iyel membiarkan Ify dan Rio istirahat. Sekarang standnya di handle Sivia dan Juniel yang tidak henti-hentinya berdebat.
                “Ify, kamu kenapa? Shilla ya?” tebak Rio hati-hati. Ify menoleh, lalu menatap heran cowok di depannya itu, tumben peka, batinnya.
                “Iya, aku kepikiran Shilla sama Alvin.” Ify mencoba jujur pada Rio. Rio menghela napasnya kasar.
                “Maaf ya, gara-gara aku semuanya jadi kayak gini. Kamu, Alvin, Shilla jadi kayak gini. Maafin aku ya, Fy.” Ujar Rio dengan nada penyesalan yang begitu jelas. Ify tersenyum lemah lalu menepuk bahu Rio pelan.
                “Kamu udah sering minta maaf ke aku, yo.” Ujar Ify. Rio menatap gadis yang sudah banyak terluka karenanya itu.
                “Sekarang waktunya kamu minta maaf ke Shilla dan Alvin.” Lanjut Ify membuat Rio mendadak dilanda ketakutan. 

**
Hai, ini part 16nya. gimana? agak-agak nyesek gitu ya, cieee hahaha </3
Oiya, aku mau bilang cerita ini sebentar lagi bakal end nih *akhirnya* 
Makasih ya udah mau baca
Udah ya, gatau mau bilang apa lagi :D
keep in touch @citr_ on twitter @cipat on ask.fm /citraptrnegari on fb :P 

0 komentar:

Posting Komentar

Bukan cuma juri Idol yang bisa, kamu juga bisa komen :3

 

Cerita Fufu Fafa Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang